Patung Budaya Kamoro Dipugar Setelah 28 Tahun Berdiri di Kuala Kencana

Prosesi adat pemugaran Patung oleh masyarakat Suku Kamoro. Sabtu (19/8/2023). (Foto: Anya Fatma/Seputarpapua)
Prosesi adat pemugaran Patung oleh masyarakat Suku Kamoro. Sabtu (19/8/2023). (Foto: Anya Fatma/Seputarpapua)

TIMIKA | Patung budaya Suku Kamoro yang menjadi salah satu ikon di Bundaran Kota Kuala Kencana, kawasan lowland PT Freeport Indonesia dipugar setelah hampir 28 tahun berdiri.

Patung-patung ini diresmikan bersamaan dengan peresmian Kota Kuala Kencana pada Desember 1995.

Pemugaran patung ditandai dengan ritual adat yang dilakukan oleh masyarakat Suku Kamoro di Bundaran Kuala Kencana pada Sabtu (19/8/2023) pagi disaksikan masyarakat Kuala Kencana dan juga masyarakat dari Kota Timika.

Salah satu tujuan dilakukan ritual adat ialah agar terhindar dari mara bahaya, segala macam penyakit, kekuatan jahat, kesialan dan hal negatif lainnya.

Masyarakat melakukan ritual dengan memukul tifa kemudian menari di sekitar bundaran.

Para penari yang adalah masyarakat asli Suku Kamoro ini menari sambil berjalan ke empat patung.

Sebagian diantara mereka juga bahkan dengan iringan pukulan tifa mencoba menaiki patung-patung yang melambangkan leluhurnya.

Director, EVP Social Responsibility & Community Development PTFI, Claus Wamafma menyampaikan apresiasi kepada masyarakat yang menghadiri rangkaian perayaan HUT Kemerdekaan RI ke 78 di Kota Kuala Kencana.

Claus mengatakan, patung yang dipasang sejak hampir 28 tahun lalu ini, memang kondisinya sudah perlu untuk diperbarui.

Advertisements

“Hari ini kita lakukan dengan ritual dati masyarakat asli Kamoro dan ini sekaligus menunjukkan komitmen PTFI untuk terus mendukung pengembangan budaya Suku Amungme dan Kamoro,” kata Claus kepada wartawan di Alun-alun Kuala Kencana, Sabtu (19/8/2023).

Masyarakat Suku Kamoro kata dia memang identik dengan seni dan budaya termasuk seni mematung. Termasuk untuk pemugaran patung Kamoro diantaranya Wemawe dan Mbii.

Kemampuan mematung di Suku Kamoro ini merupakan budaya turun temurun.

“Tapi tidak semua orang dan kampung (Suku,red) Kamoro bisa mematung. Jadi langkah hari ini menjadi konsen PTFI untuk terus menjaga agar budaya yang luhur ini bisa terus kita lestarikan, itu salah satu tujuan investasi sosial dari PTFI ,” katanya.

penulis : Anya Fatma

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Seputar Papua. Mari bergabung di Grup Telegram “Seputarpapua.com News”, caranya klik link https://t.me/seputarpapua , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tinggalkan Balasan