“Saya Senang sekali, sekarang tiap hari Jumat panen cabai, jual biasa dapat Rp200-Rp400 Ribu, terimakasih bapa polisi,”.
Begitu ungkapan kata sederhana yang disuguhkan dengan senyum tulus dari seorang pria berambut putih, yang saat itu memakai topi coklat, dan bangga memakai balutan baju bertuliskan Binmas Noken.
Dia adalah Jon Murib, seorang pria berusia 50 tahun asli suku Dani yang berjuang hingga mampu mewujudkan mimpi menjadi seorang petani cabai di Kota Timika.
Terdengar sederhana, namun bagi Jon Murib menjadi seorang petani cabai yang sukses merupakan capaian yang tiada bisa dibayar dengan apapun.
Siang itu, Jumat (24/6/2022) Sambil duduk di para-para yang terbuat dari kayu, berbentuk sederhana Jon Murib yang ramah itu bercerita selama perjalanan hidupnya dan tujuh tahun tinggal di Kampung Mulia Kencana, SP7 baru kali ini ia bisa merasakan menanam sebanyak 250 planterbag cabai yang jika dikalkulasikan ada 500 pohon cabai.
“Dulu saya tidak mengerti kalau tanam cabai tiap hari dapat uang, karena saya bisa tanam keladi,petatas, jagung untuk makan dan dibagi ke keluarga,” ungkap Jon sembari tersenyum mengingat kenangan itu.
Briptu Nixon Mehue bersama Jon Murib saat memanen Cabai. (Foto: Kristin Rejang/Seputarpapua)
Semua itu berubah ketika tahun 2020, Polres Mimika melalui Binmas Noken dengan program pembinaan masyarakat, Jon akhirnya memiliki semangat yang lebih gigih.
Memanfaatkan sebagian tanah 100 x 50 meter persegi miliknya, Jon dibantu untuk mengembangkan tanaman Padi.
“Pertama kali Bapa Polisi dorang ajar tanam padi, Itu delapan kali panen sampai pernah panen sampai 200 kilogram, tapi butuh waktu dan tenaga yang cukup lama, padi sebagian saya jual tapi banyak juga saya bagi ke tetangga kalau mereka kesusahan beras,” katanya.
Seiring berjalannya waktu, Jon tidak lagi menanam padi, namun tidak dilepas begitu saja oleh Polres Mimika, masih memanfaatkan tanah pekarangan milik Jon, mereka bersama-sama mulai berinovasi.
Jon lalu dikenalkan cara membudidaya cabai rawit oleh Polres Mimika dan saat itu diajarkan langsung oleh AKBP I Gusti Gde Era Adhinata yang menjabat sebagai Kapolres kala itu.
“Kita diajar bagaimana mulai persiapan, diberikan bantuan bibit, mereka (polres-red) bangunkan green house, mesin air, pipa semua dibantu sampai bibit, cara tanam dan perawatannya,” ungkap Jon.
Pria satu anak ini memulai menanam cabai sejak bulan Maret tahun 2021, dan bulan Mei ia sudah bisa menikmati hasilnya. Sembari menunggu cabai bisa dipanen, Jon juga diajarkan menanam Kangkung dan Sawi.
“Panen pertama itu cuma setengah kilo saja, karena waktu itu belum dipasang greenhouse jadi kena penyakit, tapi bapa polisi ajar terus bantu pakai rumah (Green house) akhirnya hasilnya bagus sekali, panen terus naik sampai sekarang sudah bisa lebih dari 4 kilogram cabai satu kali panen,” katanya.
“Panen sekarang satu minggu satu kali, itu setiap hari Jumat,” lanjut Jon.
Tak hanya sampai panen, Jon juga diajarkan metode pemasaran agar bisa mendapatkan hasil dan bisa terus mengembangkan cabai.
“Saya diajar kalau panen tulis berapa kilo, baru jual hasilnya dapat uang berapa, semua dicatat baru mereka (Polisi) ajar uang itu berapa untuk putar beli obat tanaman, berapa bisa dipakai untuk beli kebutuhan rumah,” kata Jon.
Ia mengatakan dirinya tidak sendiri tapi didukung penuh oleh sang istri, Melince Kogoya yang mahir dalam memasarkan. Sang istri biasanya menawarkan ke kios-kios, juga menjualnya di Pasar Sentral Timika.
“Hasilnya lumayan, bisa membantu sekali, atur uang baik, saya serahkan ke istri yang penting kami sudah mengerti untuk bagi-bagi kebutuhan,” kata Jon.
Binmas Noken bersama dengan Masyarakat saat merawat Pisang Cavendis yang ditanam di Kampung Mulia Kencana SP7. (Foto: Kristin Rejang/Seputarpapua)
Ternyata, tak hanya menanam cabai, Jon kini juga bersama dengan teman-teman lainnya terlihat lihai membudidaya Pisang Cavendis dan Buah Kelengkeng di salah satu kebun yang dijadikan percontohan.
Ini merupakan binaan Polres Mimika juga yang kini telah berjalan sekitar empat bulan tinggal menunggu bulan ke delapan atau sembilan, 300 pohon Pisang Cavendis siap dipanen, sementara untuk Kelengkeng mereka akan menikmati hasilnya sekitar 2-3 tahun lagi.
“Ada orang bilang, Jon ko tidak tau tanam Pisang Cavendis jadi lepas sudah, tapi saya yakin saya bisa tanam karena kepercayaan dari Bapa Polisi jadi kita kerja bagaimanapun caranya,karena kedepan kita semua mau buat koperasi supaya bisa saling bantu,” jelasnya.
Jon dengan bahasa yang sederhana namun terdengar tulus menyampaikan betapa ia sangat bahagia bisa kenal dengan perwakilan anggota Polisi.
“Mereka tidak ingat waktu, SP7 ini jauh, tapi mereka pulang balik tidak cape bantu kami. Saya hanya bisa ucapkan terimakasih karena sudah bina saya karena semua ini saya bisa mengerti, sekali lagi terimakasih bapa polisi, biar Tuhan Yesus balas kebaikan,” ungkapnya.
Tahun 2020 itu, Aiptu Lalu Hiskam Anadi yang merupakan Anggota Sat Binmas Noken Polres Mimika bersama rekan-rekan Kepolisian lainnya diundang datang ke SP7 untuk berdiskusi apa yang diinginkan masyarakat.
“Apa yang diinginkan masyarakat nyambung dengan kegiatan kepolisian membina masyarakat di bidang pertanian, mulai dari menanam Padi, kemudian mereka tertarik juga mengembangkan cabe yang memiliki prospek dan harga yang stabil,” kata Lalu yang saat itu membantu Jon memanen cabai.
Memang dalam membantu sekitar 20 Masyarakat Asli Papua menanam cabai, sayuran, pisang cavendis, dan kelengkeng, yang menjadi tantangan adalah harga pupuk yang cukup mahal.
Mengakali itu, mereka bersama-sama mengelola pupuk kandang yang diambil dari kotoran sapi dan ayam karena memang di SP7 banyak masyarakat juga memelihara ayam dan sapi.
“Kita buat spot untuk pembuatan pupuk jadi tidak hanya terpaku dengan pupuk kimia jadi kita buat pengelolaan pupuk kompos,” jelasnya.
Tidak menghilangkan kebiasaan menanam keladi dan petatas sebab tanaman tersebut juga memiliki nilai ekonomis sehingga masyarakat juga sembari menanam tanaman yang produktif dengan konsep modern mereka pun tetap menanam keladi, petatas, jagung dan lainnya.
“Semua menanam secara mandiri di pekarangan mereka jadi kita berikan edukasi ini sebagai usaha keluarga karena mereka punya lahan yang bisa produktif, untuk kelangsungan ekonomi keluarga,” ungkapnya.
Awalnya masyarakat setelah memanen mereka kesulitan dalam memasarkan hasil panennya. Sehingga pihak kepolisian pun ikut dalam memberikan edukasi cara memasarkan.
“Jadi kita setiap saat kontrol tidak hanya kita berikan pupuk, bibit kemudian hilang tapi kita ajarkan dan bina sampai dengan pemasaran, harapannya mereka bisa sampai benar-benar mandiri dengan bentuk pendekatan dan ternyata mereka mampu dengan pola pertanian yang canggih dengan konsep tani rekayasa modern dan kini mereka sudah terbiasa,” katanya.
Lalu Hiskam mengatakan pihaknya juga intens melakukan koordinasi dan komunikasi dengan Dinas Pertanian Kabupaten Mimika melalui Petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) yang bertugas di SP7.
“Jadi kita Saling membantu dengan komunikasi dan koordinasi,” kata Lalu.
Saat ini, di SP7 sudah ribuan pohon cabai yang ditanam oleh masyarakat asli Papua seperti Jon Murib, Mirinus Magi, Etinus Wonda dan lainnya.
Ia berharap dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh Polres Mimika dan kini program tersebut dilanjutkan oleh Kapolres Mimika saat ini yakni AKBP I Gede Putra bisa terus berkembang ke keluarga lainnya yang ada di SP7.
“Kami keluarga Polres Mimika berharap keberhasilan tidak hanya disini saja, tapi bisa menjadi motivasi bagi yang lain, bisa meningkatkan perekonomian keluarga, bisa menjadi contoh bahwa masyarakat bisa bertani modern. Kita berharap petani yang sudah dibina terus bersemangat mengembangkan hasil tani-nya,” pungkasnya.
Tinggalkan Balasan
Anda Harus Login untuk berkomentar. Belum Punya Akun ? Daftar Gratis