Perjuangan Mikel Waoteyau Pilot Pertama dari Suku Kamoro, Siap Terbangkan Pesawat

Mikel Waoteyau pilot pertama dari suku Kamoro
Mikel Waoteyau pilot pertama dari suku Kamoro

“Bapa, Mama terimakasih untuk nasihat selama ini, saya minta maaf, kalau misalnya kalian hadir saya ingin bersujud di depan kalian,”

Begitu ungkapan seorang pria bertubuh tinggi menggunakan seragam kebesaran berwarna hitam yang  menengadah wajahnya ke arah langit, dengan bangga mengucapkan syukurnya kepada Tuhan dan kepada kedua orang tuanya usai dinyatakan lulus sebagai seorang pilot setelah berhasil menyelesaikan studinya di Pilot School Banyuwangi.

Dia adalah Mikel Waoteyau seorang putra asli Kamoro yang lahir di Kampung Aikawapuka, sebuah kampung di daerah pesisir Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah.

Mikel berhasil menjadi pilot pertama dari Suku asli Mimika yakni Kamoro. Ia berhasil membanggakan keluarga, masyarakat suku Kamoro juga Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro YPMAK) sebagai yayasan yang mengelola dana kemitraan PT.Freeport Indonesia. Mikel memanfaatkan beasiswa yang diberikan oleh YPMAK dengan baik hingga ia bisa lulus.

Untuk menjadi pilot tentu tidak mudah. Banyak cerita yang dibagikan oleh Mikel kepada Seputarpapua.com.  

Mikel di Masa Kecil

16 Mei 1999, di Kampung Aikawapuka, Mikel Waoteyau lahir dari pasangan Ernius Waoteyau dan Agusta Taorekeyau. 

Anak ke dua dari sembilan bersaudara ini menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Inpres Aikawapuka.

Sejak kecil, Mikel sudah mengenal kata mandiri. Mikel selalu dikatakan ‘anak kecil tapi berpikiran layaknya orang dewasa’ sebab selalu berpikir untuk meraih sesuatu harus diawali dengan kerja keras. 

Advertisements

Dengan kondisi ayah yang bekerja sebagai nelayan namun sering mengalami sakit sejak ia masih kecil membuat ia harus berjuang sendiri.

Hari itu, Mikel adalah orang terakhir yang belum mendaftar di sekolah untuk melanjutkan jenjang sekolah menengah pertama di SMP Negeri Atuka yang juga ada asrama. Sementara teman-teman lainnya sudah mendaftar.

 

Mikel bersama dua rekannya di Pilot School Banyuwangi. (Foto: Ist)

Karena kondisi orang tua yang sakit, Mikel tidak mau merepotkan orang tuanya untuk sekedar menandatangani surat masuk ke sekolah.

Saat itu, Mikel berjalan di pinggir Pantai Atuka, ia bertemu dengan sorang Kakek yang membawa Kelapa Kering, Kayu Bakar dan Sapu Lidi. Karena waktu sudah mepet dan ia tidak bisa legi kembali ke Kampung Aikawapuka. Meski tidak mengenal kakek tersebut, Mikel memberanikan diri untuk meminta Kakek tersebut menandatangani surat keterangan untuk masuk ke sekolah sebagai syarat.

Advertisements

“Kalau tunggu besok lagi saya sudah tidak bisa masuk SMP, memang saya dari kecil yang tandatangan surat untuk masuk sekolah nama orang tua beda-beda, karena situasi,” kata Mikel. 

Mikel bukan tipe anak yang diajarkan jajan sejak kecil, namun didikan yang ia terima adalah kerja keras. Bahkan ia sejak kecil sudah mampu menghasilkan uang dari hasil keringatnya untuk membantu orang tua.

“Saya kasih orang tua uang, tapi mereka biasa tanya sampai kedalam-dalam (detail)  dapat dari mana uang ini, pikirnya curi, saya bilang ke mereka, orang ada masuk hutan, jerat babi baru jual baru kasih kamu uang,” kata Mikel.

Mikel menghabiskan masa SMP dengan berjuang mencari uang seperti menjaring, dan menjerat babi di hutan. Karena lingkungan ia sempat ikut menjadi seorang perokok waktu SMP.

“Jujur saya mau minta 2000 dari orang tua waktu SMP untuk beli rokok itu rasa berdosa sekali, saya kalau mau rokok saya kerja pakai uang keringat sendiri,” begitu kata Mikel.

Suatu hari, di sekolah SMP Negeri Atuka, Mikel dan teman-teman kelas diajarkan oleh Wali Kelas untuk menabung. Uang hasil tabungan itu dikumpulkan di wali kelas,  nantinya akan dicairkan pada saat mereka tamat SMP sebagai bekal untuk menuju ke SMA.

“Setelah satu tahun lewat itu, saya punya uang tabungan hanya Rp15 ribu, sementara teman-teman lain itu ada yang sudah Rp10-15 juta, waduh saya pikiran juga ini, akhirnya saya nekat harus bisa tabung lebih banyak lagi,” cerita Mikel.

Advertisements

Mikel akhirnya meminjam jaring dan perahu milik kerabatnya untuk menjaring di laut. Saat itu sedang musim udang, Mikel karena bersemangat sudah menangkap banyak udang tanpa sadar bahwa cuaca mulai memburuk. Nelayan lain sudah bergegas pulang, tapi Mikel tetap bertahan karena memikirkan tabungan.

“Itu saya tidak sadar ombak besar datang, tabrak perahu, akhirnya semua hanyut, saya hanya bertahan dengan gen saja, semua udang hasil tangkapan habis semua, saya mau nangis tapi mau bagaimana lagi,” ujarnya.

Ternyata Mikel tidak pernah patah semangat, setiap hari ia tetap tekun menjaring ikan dan udang. Mikel berhasil menabung hingga tamat SMP  dengan uang hasil tabungan senilai Rp10 juta.

“Itu hasil dari anak sekolah menjadi nelayan itu di tabung di sekolah,” katanya sambil tertawa mengingat masa kecilnya.

Dengan uang itu, ia memberanikan diri untuk ke kota Timika melanjutkan SMA. Mikel mendaftar di SMA Negeri 5 Sentra Pendidikan. Namun karena pergaulan, Mikel belajar mengkonsumsi minuman keras bersama teman-temannya, hingga mendapat masalah akhirnya dikeluarkan dari sekolah ketika ia duduk di kelas 12 semester 1. 

“Meskipun saya di kenal di keluarga adalah anak yang baik, pendiam, sopan tapi ada nakalnya juga. Menurut saya, saya nakal dan bandel tapi tidak berani tunjukan ke keluarga semua, Bapa dan Mama, jadi nakal diam-diam,” katanya.

Ketika ia dikeluarkan dari sekolah, Mikel merasa masa depannya akan suram tak ada kecerahan, tak ada harapan untuk bersekolah lagi sebab tidak mungkin ada sekolah yang menerima dia ketika hanya tersisa satu semester saja.

“Tapi ternyata ada jalan Tuhan, saya coba di SMA Katolik Santa Maria, tapi kendala uang masuk, susah sekali saya yang tidak pernah minta ke orang tua terpaksa saya minta ke keluarga bantu. Tapi semua berjalan baik akhirnya saya bisa selesai sekolah di SMA,” ujarnya.

 

Mikel Waoteyau pilot pertama dari suku Kamoro

Peluang Dapat Beasiswa Dari YPMAK

Tahun 2019 Mikel menyelesaikan pendidikan SMA, di tahun itu pula Mikel mendapatkan kesempatan untuk daftar di Pilot School Banyuwangi melalui jalur beasiswa YPMAK yang dulu masih LPMAK.

“Jadi itu menurut saya Puji Tuhan skali karena tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan ini,” ujarnya.

Ia bersama empat temannya yakni empat putra suku Amungme. Sementara satu-satunya putra suku Kamoro yaitu Mikel Waoteyau, yang sebelumnya ada empat anak Kamoro ikut seleksi namun yang lolos hanya Mikel.

Ketika awal menjalankan proses pendidikan di Pilot School Banyuwangi, Mikel mengaku ada suasana yang berbeda yang kadang mengganggu mental.

“Apalagi, saya merasa bahwa saya orang pertama anak Kamoro kemudian saya belum pernah merantau itu rasanya sedih skali. Disitu saya lihat itu teman-teman macam tidak seperti biasanya yang saya sering nongkrong, ini beda skali,” katanya.

Namun seiring berjalannya waktu, ia mulai bisa membaur ketika kelas mulai berjalan, mulai bisa disiplin, akhirnya memiliki banyak sahabat dari berbagai daerah di Indonesia.

Mikel mengaku sempat putus asa, karena ingat keluarga di Timika. Namun ada pikiran yang terbesit yakni kesempatan itu tidak akan datang dua kali, ia menjadi orang Kamoro yang terpilih membawa nama baik bukan hanya kampung Aikawapuka namun seluruh masyarakat Kamoro.

“Itu yang buat saya termotivasi dan akhirnya maju lagi, jadi saat mental sudah down ingin kabur saja, putus di sini saja itu juga pernah rasa tapi kembali saya pikir lagi hal baik yang saya dapat sekarang,” ujarnya.

Selain itu, ada nasehat dari orang tuanya yang ia pegang bahwa jika mau sukses tidak mungkin langsung jadi pilot, pasti banyak tantangan yang dilewati, capai, nangis, susah.

*Momen Wisuda Tanpa Orang Tua*

24 September 2022 menjadi momen yang membanggakan bagi Mikel, ia sudah bisa menjadi seorang Pilot, memegang lisensi untuk menerbangkan pesawat kecil.

Namun ada momen haru yang harus dilewati oleh Mikel, 24 orang yang lulus, hanya Mikel yang melewati hari bahagia tanpa kehadiran kedua orang tua yang dibanggakan karena situasi finansial, dan rumitnya mengurus syarat penerbangan di masa Covid ini.

“Sempat sedih juga tapi saya memang sudah mandiri sejak kecil, memang punya kerinduan orang tua bisa hadir tapi karena situasi tidak menjadi masalah saya tetap bangga memiliki orang tua yang hebat, dan tentunya saya bisa mengharumkan nama masyarakat Kamoro,” ungkapnya.

Dengan kerinduan yang tertanam selama beberapa tahun tidak bertemu orang tuanya, di momen itu, ia lampiaskan dengan memeluk dan mencium tangan orang tua teman-temannya. 

Momen wisuda tersebut menurut Mikel bukan akhir dari perjuangan, ia masih melewati satu tahapan lagi untuk menambah jam terbang.

Untuk ia bisa melanjutkan ke dunia kerja, Mikel harus mengikuti kelas di PT. Smart Cakrawala Aviation.

“Bulan kemarin sudah dapat (masuk ke PT. SCA, tinggal menunggu interview, supaya nantinya bisa kembali ke Papua dan membawa pesawat melayani masyarakat di sana,” ungkapnya.

“Apapun itu, mau lolos atau tidak menurut saya kalau kita malas pasti akan susah, tapi kalau mau berjuang, semua pasti akan berjalan dengan baik,” ungkapnya.

*Ucapan Terimakasih Dari Mikel*

Dengan perjuangan yang sudah diraih, Mikel mengatakan semua tidak terlepas dari doa dan dukungan serta nasihat dari orang tuanya.

“Saya minta maaf skali dari kecil mungkin suka bandel, kalau misalnya kemarin Bapa Mama hadir saya ingin bersujud di depan mereka. Saya cuman minta sama Tuhan semoga Tuhan selalu memberikan umur yang panjang untuk orang tua agar bisa (lihat saya) menerbangkan pesawat secara
langsung,” katanya.

Menurutnya apa yang dikatakan didalam Alkitab Amsal 19:20 – Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan.

Kata Mikel,  orang tuanya tidak pernah bosan memberikan nasihat setiap duduk makan bersama.

“Saya meraih pendidikan di sini baru saya rasa skali kalau nasihat dari Bapa memang dari dulu saya bisa ingat sampai sekarang padahal sudah sejak kecil, sampai saya nangis minta maaf dengan Bapak Mama,” matanya.

“Bapa saya selalu bilang Bapa jadi nelayan, kamu harus lebih dari Bapa, Bapa hanya pangkur sagu, kamu harus lebih.  Bapa saya itu orangnya sabar tapi kalau Mama itu bicara tidak dengar tetap sapu jalan,” ungkapnya .

Ia berharap doa dan nasihat dari orang tuanya bisa terus membimbingnya hingga bisa menuju kesuksesan.

“Saat ini saya sudah selesaikan pendidikan pilot, sekarang tinggal berjuang untuk bisa masuk di dunia kerja, semoga bisa berjalan baik,” ujarnya.

Selain itu, ia juga memberikan apresiasi dan rasa terimakasihnya kepada YPMAK yang sudah memberinya peluang untuk bisa membanggakan orang tuanya.

“Untuk YPMAK saya ucapkan banyak terimakasih sekali yang sudah mau menyekolahkan saya di sekolah pilot, tapi ini bukan akhir dari perjuangan saya,” ungkapnya

Ia berpesan kepada  YPMAK agar terus melahirkan pilot-pilot baru yang berasal dari suku Kamoro.

“Saya hanya minta tolong, saya memohon, agar bisa tambah putra daerah khususnya pantai itu keinginan saya. Saya juga akan terus berusaha memberikan motivasi bagi adik-adik saya,” katanya.

Mikel memberikan pesan juga kepada orang tua khususnya masyarakat suku Kamoro yang saat ini berjuang mendidik anak-anak agar jangan pernah berhenti memberikan nasihat.

“Kalau kita panggil anak yang lagi main untuk kita nasihat tidak mungkin dia datang, jadi saya minta dan mohon ke orang tua pas posisi makan pagi, siang sore saat makan pasti kumpul, cobalah buang satu dua kata, tidak usah banyak-banyak. Itu pengalaman saya bersama orang tua saya, sampai sekarang saya masih simpan jadi itu saya cuman berbagi dan itu luar biasa menurut saya,” kata Mikel.

Menurutnya alangkah baiknya orang tua memberikan nasihat kepada anak-anak sejak usia dini sehingga saat besar nanti bisa membawa anak-anak pada kesuksesan. 

“Untuk adik adik jangan sampai melawan-melawan, itu tidak boleh harus mendengar nasihat orang tua itu paling utama belajar dari kesabaran. Mental diri juga harus dilatih supaya bisa lewati tantangan,” pungkasnya.

Menurut Tokoh Kamoro

Tokoh Kamoro, Dominggus Mitoro merasa bangga dengan prestasi yang telah berhasil diraih oleh Mikel.

“Saya harap Mikel tetap teguh, rendah hati dan selalu utamakan Tuhan, agar bisa terus berkembang dalam karirnya,” katanya.

Ia juga memberikan apresiasi kepada YPMAK yang selalu memperhatikan putra putri asli Kamoro.

“Semoga jangan hanya sampai di Mikel saja, tapi juga bisa terus beri kesempatan bagi anak Kamoro agar mereka bisa lebih baik dan mengutamakan pendidikan,” katanya.

Dominggus menuturkan sejauh ini sudah banyak sekali sarjana-sarjana hebat dari suku Kamoro. Ia berharap mereka semua bisa diperdayakan di Mimika dengan bekal ilmu yang sudah mereka raih.

 

penulis : Kristin Rejang

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Seputar Papua. Mari bergabung di Grup Telegram “Seputarpapua.com News”, caranya klik link https://t.me/seputarpapua , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tinggalkan Balasan