Teriakan Mama-mama Papua Soal Hak Penjualan Komoditi Lokal, DPRD Mana?

Yoki Songdegau yang mengatasnamakan perwakilan Solidaritas Mahasiswa dan Masyarakat Timika (SOMAMA-TI) saat menyampaikan aspirasi di Pasar Sp 2 Mimika, Papua Tengah, Selasa (10/9/2024). (Foto: Fachruddin Aji/Seputarpapua.com)
Yoki Songdegau yang mengatasnamakan perwakilan Solidaritas Mahasiswa dan Masyarakat Timika (SOMAMA-TI) saat menyampaikan aspirasi di Pasar Sp 2 Mimika, Papua Tengah, Selasa (10/9/2024). (Foto: Fachruddin Aji/Seputarpapua.com)

TIMIKA, Seputarpapua.com | Sejumlah Mama-mama Orang Asli Papua (OAP) yang berprofesi sebagai pedagang menyampaikan aspirasi di Pasar SP 2, Mimika, Papua Tengah, Selasa (10/9/2024).

Terikan Mama-mama Papua memekik menuntut adanya perlindungan hak bagi pedagang OAP untuk menjual komoditi lokal seperti sagu, pinang, daun gatal dan umbi-umbian.

Salah seorang Mama-mama yang berorasi Naomi Tsolme mengungkapkan dirinya ingin pemerintah membatasi para pedagang khususnya non OAP agar tidak menjual komoditi lokal.

“Kita harus bicara tidak boleh diam dan menonton, kita OAP ini kita punya tanah,” tegasnya.

Naomi mengaku pendapatan yang hanya Rp50 ribu per hari jika berjualan pinang di Pasar SP2, ditambah persaingan perdagangan yang tidak sehat semakin menghimpit nasib Mama-mama OAP lain yang juga rekan seporfesinya.

“Terkadang mereka (oknum pedagang pinang dari pendatang) mereka kasih habis pohon pinang, mereka kasih turun lima sampai tujuh mayam (tandan) mereka kasih 70 ribu, kita orang Papua tawar dorang (beli pinang) dorang tidak mau kasih, 150 ribu satu mayam kita orang Papua beli di mereka,” jelasnya.

“Saya mau itu tolong kasih tahu DPRD ini Mama-mama yang kasih besar mereka, Mama itu hidup dengan jualan dan berkebun enam bulan baru hasil panen dari keladi, jadi tolong DPRD perhatikan Mama-mama ini, Mama-mama ini sudah yang bikin mereka duduk di DPRD, hias badan, tidak makan, tinggal berjuang buat ikut kampanye,” tambahnya.

Naomi mengaku sakit hati karena pedagang non OAP juga ikut berjualan komoditi lokal yang akhirnya membuat mereka tersisih. Ia merasa para pedagang non OAP sudah merebut mata pencaharian mereka.

“Karena kita lihat orang pendatang sudah ambil alih kitong (kita) punya barang-barang ini (komoditi lokal) dan jual, kita itu sakit hati, baru kita kasih makan anak-anak ini dengan apa? Apalagi kita janda,” tuturnya.

Advertisements

Naomi Tsolme (berbaju kuning) saat didampingi oleh Yoki Sondegau menyampaikan aspirasinya di Pasar Sp2 Mimika. (Foto: Fachruddin Aji/Seputarpapua.com)

Hal serupa juga diserukan oleh Mama Barbara yang menegaskan agar dagangan komoditi lokal seperti pinang dikhususkan untuk OAP.

“Tolong DPRD diperhatikan itu, agar kami Mama-mama Papua atau adik-adik yang mau jualan, kita tetap jualan kita punya jualan, sementara teman-teman yang lain (non OAP) berjualan produk komoditi mereka sendiri,” terangnya.

Sementara itu, koordinator aksi Yoki Sondegau yang mengatasnakaman sebagai Solidaritas mahasiswa dan masyarakat Timika (SOMAMA-TI) mengatakan, aksi didasarkan pada sejarah perampasan hak jual makin tinggi dari tahun ke tahun hingga tahun 2018, bahkan Mama-mama Papua sempat mengadakan aksi menuntut adanya peraturan daerah (Perda) untuk melindungi ekonomi lokal, namun hal itu tidak direspon positif oleh pemerintah daerah sehingga perampasan hak jual itu pun makin lama makin tinggi.

“Dengan tidak adanya Perda yang mengatur surat izin usaha (SIU) sehingga para investor makin berkuasa atas hak OAP, dengan menjual hak OAP yang sebenarnya bukan milik mereka (investor),” tegasnya.

Yoki meminta pemerintah daerah segera merancang dan menetapkan peraturan daerah dalam hal melindungi ekonomi lokal Papua, kedua, pemerintah daerah segera membangun pasar tradisional, ketiga pemerintah daerah segera berikan tranportasi umum di setiap pasar, keempat tolak pengusaha di bidang ekonomi lokal Papua, kelima, pemerintah daerah segera bangun koperasi mama-mama pasar Papua, keenam, pemerintah daerah segera memberikan pelatihan-pelatihan khusus kepada mama-mama pasar, ketujuh, pemerintah daerah segera pertemukan kami dengan dinas terkait,

Advertisements

“Kedelapan, jika ketujuh poin di atas tidak direspon, maka kami siap memobilisasi massa lebih besar,” tegasnya.

Yoki Sondegau juga memaparkan, ada beberapa hasil komoditi lokal yang sudah diperjualbelikan oleh para pedagang pendatang, diantaranya pinang, sagu, daun gatal, umbi-umbian asal Papua, serta dagangan yang ditanam di atas tanah Papua.

“Pernyataan sikap ini dibuat dengan maksud untuk meningkatkan kualitas ekonomi lokal OAP,” tutupnya.

penulis : Fachruddin Aji
editor : Iba

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Seputar Papua. Mari bergabung di Grup Telegram “Seputarpapua.com News”, caranya klik link https://t.me/seputarpapua , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tinggalkan Balasan