Kabupaten Mimika, Provinsi Papua menjadi salah satu daerah dengan APBD terbesar di Tanah Papua. Tidak jarang, kabupaten yang beribukota di Timika ini kerap disebut-sebut sebagai daerah yang kaya.
Tetapi kekayaan dan kemegahan hanya terlihat di wilayah kota saja. Berjalan ke wilayah pinggiran kota seperti di Poumako, kemegahan kota sudah jarang terlihat.
Apalagi sampai ke kampung-kampung di wilayah pesisir pantai yang sebagian besar didiami oleh warga asli Suku Kamoro.
Minggu (16/10/2022), jurnalis Seputarpapua.com berkesempatan mengikuti tim YPMAK melihat program kampung ke Kampung Waituku, Distrik Jita (luar).
Tiba di tambatan perahu, wajah Mimika yang kaya sudah tentu tidak lagi terlihat.
Jangan sampai membayangkan bangunan yang megah, rumah-rumah warga setempat bahkan ada yang sudah hampir roboh.
Jalanan di kampung yang berisi 50 KK itu memiliki lebar 1 meter dengan tinggi kurang dari 30 centi meter.
Dari salah satu petugas kesehatan di kampung itu, Vero Windesy namanya. Dia menceritakan bagaimana kehidupan sehari-hari warga disana. Yang tentu pola hidupnya jauh dari kata sehat.
Jangankan untuk makan makanan yang sehat, bisa makan satu kali sehari saja sudah sangat membahagiakan.
“Saya biasa masak air hujan, saya isi di botol baru kasih mereka kalau mereka datang minta,” kata Suster Vero saat diwawancara di Pustu Sumapro yang terletak di Kampung Waituku.
Anak-anak di Kampung Waituku
Selain suster Vero, kebiasaan makan dan minum warga setempat juga diungkapkan oleh Kepala Kampung Waituku, Daud Taumanamo.
Daud mengungkap warga selama ini sangat merindukan kehadiran pemerintah di kampung yang terletak paling timur Mimika itu terutama dengan mengadakan air bersih untuk warga.
Air sungai di kampung yang terlihat keruh itu tidak hanya digunakan untuk mandi, tetapi juga untuk minum.
“Selama ini minumnya air kali,” katanya sambil menunjuk air sungai yang pasang di pagi hari.
Air sungai di kampung Waituku biasanya pasang mulai dini hari sampai siang sekitae jam 12.00 waktu setempat dan mulai surut kembali sampai hanya setinggi mata kaki.
“Selama ini kerinduan kita masyarakat di ujung timur ini sangat sulit. Sulit dapat bantuan dari pemerintah,” ungkapnya.
Yang paling dibutuhkan masyarakat saat ini adalah rumah layak huni dan tentu air bersih.
Daud mengaku sudah pernah mengadakan tank air untuk warga menampung air hujan tetapi karena kayu penopang yang tidak kuat sehingga sebagian besar jatuh dan pecah.
Ia juga menceritakan kondisi ekonomi masyarakat saat ini yang beberapa minggu terakhir tidak lagi mencari karaka sebagai mata pencaharian karena tidak ada pengepul, atau pengusaha yang datang untuk membeli hasil laut warga.
- Tag :
- Distrik Jita,
- Feature,
- Feature Kisah,
- Kampung Waituku,
- Mimika
Tinggalkan Balasan
Anda Harus Login untuk berkomentar. Belum Punya Akun ? Daftar Gratis