Akibat Gangguan Internet, BMKG Timika Sulit Memperkirakan Cuaca

Akibat Gangguan Internet, BMKG Timika Sulit Memperkirakan Cuaca

TIMIKA | Gangguan jaringan internet di Timika, Papua mengakibatkan Badan Metreologi, Geofisika, dan Klimatologi (BMKG) Timika saat ini sulit untuk memperkirakan cuaca. 

 

Forcaster BMKG Timika, Dwi Christanto mengatakan, semua operasional BMKG sangat bergantung pada koneksi internet, sehingga dengan adanya kejadian seperti ini, pihaknya sulit untuk memberikan informasi cuaca kepada masyarakat yang membutuhkan.

 

“Dengan adanya gangguan jaringan internet ini, kami tidak bisa berbuat banyak. Walaupun BMKG berlangganan visat, namun kecepatan visat berbeda dengan yang kami biasa guna dari Telkom,” kata Dwi saat ditemui diruang kerjanya, Selasa (27/2). 

 

Lanjut dia, untuk melihat arah angin, cuaca harian, gelombang laut dan sebagainya, BMKG harus menggunakan koneksi internet. Termasuk data gempa yang terjadi di beberapa daerah tidak bisa terupdate karena tidak adanya koneksi internet.

 

Saat ini yang bisa dilakukan adalah meminta daerah-daerah terdekat yang tidak mengalami gangguan jaringan internet untuk menginformasikan arah angin, cuaca dan lain-lain ke BMKG Timika. 

 

“Meski demikian kami tetap kesulitan karena yang paling mengetahui dan bisa memprediksi adalah petugas di daerah tersebut. Ini karena sudah memiliki data sebelumnya, yang bisa dijadikan pedoman. Jadi kami sangat kesusahan untuk bisa memberikan informasi mengenai cuaca dan yang lainnya kepada masyarakat,” ujarnya.

 

Dwi menuturkan, untuk informasi penerbangan, pihaknya masih bisa memanfaatkan radar yang dimiliki oleh BMKG karena radar ini menggunakan gelombang radio bukan jaringan internet.

 

“Radar akan menembakkan gelombang radio untuk mengetahui posisi awan yang membahayakan. Untuk di Timika, biasanya awan-awan petir jenis cumulus nimbus (CB). Awan petir ini biasa terjadi pada sore hari. Awan ini yang diwaspadai oleh para pilot karena bisa menyebabkan kecelakaan pesawat. Kalau pilot mendapati awan ini pasti berputar,” jelasnya. 

 

Kata dia, pihaknya harus standby sebelum pesawat itu terbang maupun mendarat. Ini karena, kecepatan untuk mendapatkan informasi melalui visat tidak secepat dibandingkan dengan produk milik Telkom.

 

“Kami harus ada di depan komputer lima sampai enam jam untuk mendapatkan informasi terbaru karena jaringan yang sangat susah. Kami akan berusaha maksimal untuk memberikan informasi terkait dengan masalah penerbangan,” ujarnya. (mjo/SP)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Seputar Papua. Mari bergabung di Grup Telegram “Seputarpapua.com News”, caranya klik link https://t.me/seputarpapua , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *