TIMIKA | Pimpinan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) yang merupakan sayap militer Organisasi Papua Merdeka (OPM) wilayah Kodap III Ndugama-Derakma, Egianus Kogoya, mengancam akan membawa Kapten Philip Mark Mehrtens ke wilayah perang apabila Indonesia dan Selandia Baru tidak juga melakukan negosiasi dengan mereka yang dijembatani oleh PBB.
Egianus menegaskan bahwa Kapten Philip saat ini berada bersama mereka di medan perang, dari Jalan Trans Wamena-Nduga sampai Mumugu atau Batas Batu.
“Kami akan hidup dan mati bersama di medan perang di Papua Barat, jika Pemerintah Indonesia dan Selandia Baru tidak melakukan negosiasi pembebasan sandera dengan kami yang di fasilitasi oleh PBB,” tegasnya dalam keterangan tertulis yang disampaikan Juru Bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom, yang diterima media ini, Jumat (18/4/2024).
Egianus menjelaskan, selain mendesak agar dilakukannya perundingan pembebasan, alasan dirinya membawa Philip ke wilayah konflik karena beberapa waktu lalu, menurut mereka, otoritas militer Indonesia telah melakukan pengeboman di wilayah permukiman sipil yang notabene bukan wilayah konflik atau perang yang telah mereka tentukan.
Bahkan menurut Egianus, sejak tahun 2017 mereka telah mengumumkan kepada publik dan kepada pemerintah serta militer Indonesia bahwa wilayah-wilayah yang termasuk dalam zona perang diantaranya dari jalan Trans Wamena-Nduga sampai Mumugu atau Batas Batu. Di luar dari itu adalah tempat pengungsian dan wilayah sipil yang tidak boleh dilakukan serangan menggunakan pesawat, helikopter, dan serangan-serangan menggunakan bom mortir melalui jalur darat dan udara.
“Pengerahan pasukan militer Indonesia dalam misi pembebasan Kapten Philip Mark Mehrtens melalui jalur udara telah merusak fasilitas sipil, perkebunan warga dan tempat tinggal Kapten Philip akibat terkena serangan bom mortir yang dibuang dan ditembakan dari pesawat jet dan helikopter tepat di tempat pengungsian,” terangnya.
Egianus menambahkan, TPNPB-OPM menilai militer Indonesia sedang melakukan misi pembebasan sandera dengan tidak menjujung tinggi nilai-nilai kemanusiaan terhadap masyarakat sipil yang tinggal di tempat pengungsian di luar dari wilayah konflik yang telah mereka umumkan.
“Maka dengan demikian pihak-pihak kemanusian secara global untuk segera memantau pemukiman warga sipil yang terkena serangan bom yang dilakukan oleh militer Indonesia dari sejak tanggal 27 Maret 2024 – 3 April 2024,” tutupnya.
Tinggalkan Balasan
Anda Harus Login untuk berkomentar. Belum Punya Akun ? Daftar Gratis
6 Komentar
Sebentar lagi kau juga akan mampus. Bravo TNI-POLRI
Bawa tawanan kemedan perang sekalian kasih senjata,biar TNI jelas mana lawan mana kawan
Kau bunuhpun kami ga peduli..kita ada 260 JT rakyat Indonesia..knp harus mikirin 1 org saja..pilihannya kalian nyerah atau perang dan di tembak TNI..bravo TNI polri kami dibelakangmu
Pengecut.. Sandera lo jdkan tameng. Koplak
Ngajak perang.. Kok kaliang yg tentukan lokasi pperangan. Ktahuan dungu dan pengecutnya kalian. Kalian bkn gerilyawan. Tp pengacau. Beda dgn gerilyawan indonesia.
Bawa aja biar mati sekalian kalian semua pemberontak