Siang itu, Selasa (30/8/2022) di kota Timika terlihat seorang anak berbaju biru lengan hitam, memakai tas cokelat dan membawa keranjang kue, tengah melintas di pertigaan jalan Samratulangi-Yos Sudarso sembari berteriak ‘Jalangkote’.
Hilman, demikian ia memperkenalkan dirinya ketika ditanya siapa namanya. Banyak yang takjub dengan perjuangan bocah laki-laki itu.
Tak sedikit yang menghentikan kendaraan untuk membeli jalangkote, jajanan khas Makassar yang dijualnya dengan harga Rp5 ribu dua buah.
“Ini harganya Rp5 ribu dapat dua buah,” katanya kepada Seputarpapua.com.
Hilman tahu jika dia sudah berusia 12 tahun, tapi lupa tanggal lahirnya. “Saya tidak tau, tidak ingat tanggal lahir saya,” kata Hilman dengan polosnya.
Anak kedua dari empat bersaudara ini setiap hari bermodalkan semangat. Ia berjalan kaki, keliling dari tempat tinggalnya di depan SMAN 1, kadang menuju ke arah SP1, juga berjalan di Pasar Sentral, pasar baru dan seputaran sempan.
Kesehariannya hanya diisi dengan membantu sang ibu berjualan. “ini (jalangkote) mama yang buat baru saya yang jual,” ujarnya.
Setiap hari 100-150 buah jalangkote dijajakan oleh Hilman. Terkadang semua bisa habis namun jika tak ramai, apalagi musim hujan, jalangkote tersebut terpaksa dibawa pulang karena tidak habis terjual.
Hilman mengaku sudah menjual jalangkote sekitar satu tahun, rutinitas ini juga ia pernah lakukan saat di Kaimana bersama sang ibu.
Ia mengaku ayah kandungnya sudah menghadap sang khalik dan saat ini ia tinggal bersama ibu dan bapak sambungnya yang berprofesi sebagai supir truk.
Hilman adalah seorang anak yang patuh, baik terhadap orang tua, ia juga pejuang keluarga. “Saya sayang mama, ingin membantu mama,” ujarnya.
Sayangnya, Hilman tak sama dengan anak lainnya. Ia tak bisa merasakan rapinya mengenakan seragam putih biru, bahagianya bermain, bercanda bersama teman-teman, dan suka duka mengerjakan PR.
Hilman merelakan masa depannya, tak melanjutkan pendidikannya. “Saya pernah sekolah di Kaimana tapi hanya sampai kelas 4 SD saja dua tahun sudah nganggur, tidak lanjut sekolah, surat pindah juga masih di Kaimana,” ungkapnya.
Dalam hati Hilman masih tersirat keinginan untuk bisa kembali bersekolah. “Ingin sekali, masih mau sekolah tapi tidak bisa karena surat pindah tidak ada, trus biaya juga,” kata Hilman.
Hilman juga memiliki cita-cita ingin menjadi seorang tentara yang mengabdi kepada nusa dan bangsa. Namun cita-cita itu semakin dekat hanya sebatas angan-angan.
“Mama bilang kalau mau jadi tentara harus kuliah, saya tidak tahu bisa jadi tentara atau tidak karena saya tidak sekolah,” ujarnya.
Dengan cita-cita yang diidam-idamkan, Hilman terus berusaha berjualan agar suatu hari nanti bisa berkesempatan untuk bersekolah.
“Jualan dulu supaya bisa lanjut sekolah, terus harapannya saya juga rajin sholat, kalau dikasih kesempatan sekolah, saya mau tetap jualan biar bantu mama,” pungkasnya.
Tinggalkan Balasan
Anda Harus Login untuk berkomentar. Belum Punya Akun ? Daftar Gratis