TIMIKA | Kabupaten Mimika yang menjadi tuan rumah pelaksana Pesparawi XIII se-Tanah Papua juga memperbarui piala bergilir yang sudah diperebutkan sejak tahun 2007.
Keputusan untuk memperbarui piala ini diputuskan bersama dalam rapat-rapat LPPD se-Tanah Papua sejak tahun 2019 lalu.
Ketua UmumPanitia Pesparawi XIII, Johannes Rettob menjelaskan piala lama yang sudah diperebutkan sejak tahun 2007 itu sudah ada selama hampir 15 tahun.
Panitia Kabupaten Mimika yang menyiapkan dan membuat piala baru ini untuk kemudian diserahkan kepada LPPD Provinsi Papua dan diperebutkan.
“Jadi ada piala yang baru, itu kami persembahkan untuk LPPD Provinsi Papua untuk diperebutkan,” kata Johannes Rettob saat diwawancara di Gedung Futsal Mimika, Kamis (4/11/2021).
Piala yang dibuat dengan design tangan dan ditengahnya terdapat simbol musik merupakan permintaan dari LPPD yang mengikuti rapat-rapat tersebut.
“Waktu kita rapat ada yang bilang kita mau tu ada piala yang tangannya terbuka. Di tengahnya ada musik. Ide awal dari semua itu ialah dari Pak Pdt Oskar (LPPD Supiori) yang meminta supaya ada tangan yang menengadah,” ungkap Johannes Rettob yang juga Wakil Bupati Mimika.
Dari hasil rapat itu, dirancang kembali di Timika dengan design akhir oleh Max Gainau dari Kabupaten Mimika, tentu dengan hasil kesepakatan bersama terkait ukuran piala mulai dari tinggi dan lebar.
“Sesudah itu kami dengan Pdt Numbery bawa ke tukang design di Jogja. Di Jogja mereka design secara baik tinggi ukuran dan lain-lain,” jelas John.
Piala yang lama dikembalikan kepada LPPD Provinsi Papua untuk dimuseumkan. Piala yang baru ini dibuat dengan bahan kuningan berlapis emas
“Pialanya itu berlapis emas 24 karat. Ini sebagai simbol Mimika sebagai kota emas,” kata John bangga.
*Filosofi Bentuk Piala*
Pendeta Oskar Wompere dari Kabupaten Supiori menjelaskan tentang filosofi bentuk piala dengan tangan menengadah dan ada musik di dalamnya.
“Saya membayangkan bagaimana tangan Tuhan di dalamnya,” kata Pdt. Oskar di Gedung Futsal Mimika.
Dia menjelaskan, hal itu ialah teologi musikal gereja yang harus dipahami oleh semua orang.
“Bahwa setiap orang berkesempatan untuk memuji Tuhan tidak dibatasi waktu dan uang,” ucapnya.
Di dalam tangan yang ada musik itu sebenarnya dipegang oleh Tuhan.
“Dan ketika kesombongan itu terjadi maka musik itu akan musnah lalu musikalnya mati dan cuma Allah saja yang bertahta atas puji-pujian,” katanya.
Lebih luas Pdt. Oskar menjelaskan design logo musik di dalam tangan Tuhan ini terinspirasi dari pelaksanaan Pesparawi, peserta hanya mengejar target untuk menjadi juara.
“Dan disaat itulah porsi Tuhan itu dibawah dan yang punya kemampuan musikal bagus itu diatas. Karena itu saya design khusus piala itu semoga bisa dilombakan di Papua kedepan,” jelasnya.
“Saya titip pesan di Pak John, akan luar biasa ketika di kunci G itu diberikan emas karena kami akan mengingat emas di Kota Timika,” tambahnya.
- Tag :
- Pesparawi XIII,
- Piala Baru
Tinggalkan Balasan
Anda Harus Login untuk berkomentar. Belum Punya Akun ? Daftar Gratis