TIMIKA, Seputarpapua.com | Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) RI sejak beberapa tahun terakhir sudah menerapkan Kurikulum Merdeka Belajar.
Sekretaris Eksekutif BPH Yayasan Pendidikan Lokon sekaligus Rektor Universitas Katolik De La Salle Manado, Prof. Johanis Ohoitimur menjelaskan, kurikulum ini siswa dididik sesuai dengan bakat dan kemampuan, latar belakang dan potensi terbaik, sehingga para siswa bisa merdeka, bebas belajar dan bertumbuh.
Guru-guru di kurikulum ini diharuskan untuk melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar, mengajak anak berbicara dan mengemukakan pendapat dan harapan.
Terpenting kata Johanis adalah, siswa tidak hanya duduk dan mendengar apa yang disampaikan oleh guru, tetapi terlibat aktif dalam proses belajar mengajar.
Kurikulum ini baru ditetapkan beberapa tahun terakhir, tetapi di Sekolah Asrama Taruna Papua (SATP) dikelola oleh YPL yang merupakan mitra pendidikan YPMAK sebagai pengelola dana kemitraan PT Freeport Indonesia sudah menerapkan pola serupa bahkan melakukan lebih banyak hal.
Lanjutnya, dalam proses kurikulum ini, guru-guru juga perlu untuk tidak hanya berbicara, tetapi juga mengoreksi diri.
Dalam seluruh proses kurikulum ini guru perlu dibantu untuk merefleksi dirinya dalam proses belajar. Beberapa diantaranya seperti memastikan pelajaran yang akan diberikan sudah disiapkan sebelumnya.
“Setelah selesai, guru harus bertanya apakah saya puas ? Apakah semua anak bersemangat? Ataukah ada yg tidak bersemangat. Semua kegiatan ini yang namanya refleksi. Jadi guru harus refleksi diri sendiri,” kata Prof. Johanis pada kegiatan Pengembangan Pedagogi Guru SATP di Hotel Horison Uktima Timika, Selasa (16/7/2024).
Selain merefleksi diri, guru-guru juga diharuskan untuk membantu anak-anak merefleksi diri, seperti anak-anak bisa memastikan dia puas dengan pembelajaran, apa saja yang perlu di ubah saat menerima pelajaran dari guru.
Dalam kegiatan ini, para guru diajarkan untuk merefleksi diri sendiri dan membantu siswanya untuk merefleksi diri.
“Tanpa refleksi kita tidak berkembang, dengan refleksi kita bisa mengetahui kelemahan dan kekurangan kita, dan juga dengan itu ada kemauan untuk merubah diri ,” katanya.
Kepala Perwakilan Yayasan Pendidikan Lokon Timika, Andreas Ndityomas menjelaskan, pengembangan metode pembelajaran atau biasa disebut pedagogi ini diikuti oleh guru-guru SATP mulai kelas 1 sampai kelas 9 dan juga pembina yang mendampingi anak-anak di asrama yang berjumlah 68 orang.
Untuk menciptakan siswa SATP yang adalah anak asli suku Amungme dan Kamoro dan juga 5 suku kekerabatan di Mimika, menjadi generasi Papua yang berkualitas di masa depan, maka perlu diberikan pengembangan bagi guru-guru.
“Untuk mencapai cita-cita itu, kita ciptakan guru yang berkualitas, yang mampu mengantar anak-anak ini menuju kedewasaan berpikir, berperilaku, dan berkepribadian yang itu semua melalui proses pendidikan yang bermutu,” terangnya.
Pengembangan ini juga adalah salah satu bagian implementasi kurikulum merdeka belajar. Dengan pengembangan ini, diharapkan para guru bisa berkembang kompetensi, profesionalitasnya, sosial dan kepribadiannya sebagai satu kompetensi utuh dari kepribadian guru.
“Dan kami berterima kasih kepada YPMAK sebagai pengelola dana Freeport yang selalu berikan dukungan optimal kepada SATP yang akan jadi rol model di Mimika, Papua dan Indonesia,” pungkasnya.
Tinggalkan Balasan
Anda Harus Login untuk berkomentar. Belum Punya Akun ? Daftar Gratis