TIMIKA | Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Pengembangan Kesehatan dan Masyarakat Papua (YPKMP) Kabupaten Mimika, penderita atau pasien penyakit malaria yang mengkonsumsi secara teratur memiliki penurunan kekambuhan lebih besar, yakni 57 persen.
Research Assistant YPKMP, dr Enny Kenangalem,M.Biomed mengatakan, selama dua tahun ini YPKMP melakukan penelitian yang gunanya untuk pengendalian penyakit malaria di Kabupaten Mimika. Penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan kepada dua kelompok pasien malaria. Dimana satu kelompok dilakukan supervisi atau pendampingan selama 14 hari. Sementara kelompok lainnya tidak dilakukan supervisi.
“Selama dua tahun ini, kami melakukan penelitian terhadap pasien penyakit malaria. Kami membaginya dalam dua kelompok,” kata dr Enny saat ditemui usai kegiatan lokakarya dan sosialisasi hasil penelitian strategi penanggulangan malaria vivax dan malaria dalam kehamilan di Mimika, yang digelar di Hotel Grand Mozza, Jalan Cenderawasih, Rabu (18/7).
Ia menjelaskan, penelitian yang dilakukan terhadap dua kelompok ini terkait dengan pemberian obat Primaquin. Dimana Primaquin merupakan obat satu-satunya di dunia yang bisa membunuh parasit jenis vivax yang mengendap di hati. Parasit vivax ini sendiri yang menyebabkan penyakit malaria tersiana.
“Malaria tersiana memiliki sifat sembunyi dalam hati. Obat yang bisa mencapai tersebut adalah Primaquin,” jelasnya.
Karena Primaquin satu-satunya obat yang bisa membunuh parasit vivax, maka sasaran dari penelitian ini adalah pasien malaria yang melakukan rawat jalan. Penelitian ini dilakukan pada daerah-daerah atau wilayah dari Puskesmas di lingkungan Dinkes Mimika, seperti Puskesmas Mapurujaya, Timika, SP 12, SP13, SP 5. Serta dengan melibatkan PHMC untuk wilayah Pomako.
“Penelitian untuk mengetahui keampuhan obat Primaquin ini dilakukan pada beberapa Puskesmas di Timika dan pinggiran kota Timika,” katanya.
Sebelum dilakukan pendampingan, pihaknya terlebih dahulu menanyakan kepada pasien, apakah bersedia untuk diberikan pendampingan atau tidak? Kalau mau, maka setiap dua hari sekali pihaknya mendatangi rumah pasien dengan memberikannya obat Primaquin.
“Sementara bagi pasien yang tidak bersedia, maka kita berikan Primaquin sesuai regulasinya atau kuotanya selama 14 hari,” ujarnya.
Setelah diberikan perlakuan, maka selama enam bulan akan dipantau. Kegiatan pemantauan ini dilakukan untuk mengetahui, apakah dalam waktu enam bulan tersebut berapa kali pasien mengalami kekambuhan terhadap malaria tersiana.
Hasil dari kelompok yang diberikan pendampingan, bisa menurunkan resiko kekambuhan sebesar 57 persen. Ini karena mereka meminum obat secara teratur. Sementara yang tidak dilakukan pendampingan, penurunan resiko kekambuhan sebesar 38 persen. Setelah dimintai keterangan bahwa yang sering kambuh ini, karena kurang disiplin meminum obat Primaquin.
“Dari hasil penelitian ini, pasien malaria harus disiplin minum obat Primaquin. Apabila hal itu tidak dilakukan, maka akan sering kambuh,” tuturnya.(mjo/SP)
Tinggalkan Balasan
Anda Harus Login untuk berkomentar. Belum Punya Akun ? Daftar Gratis