Kemhan RI Temui Pemkab Asmat Bahas Tanah dan Program BCLS

PERTEMUAN | Tim Kemhan RI bertemu Pemkab Asmat memaparkan program cadangan logistik strategis untuk mengetahui komitmen Pemkab, Senin (7/9). (Foto: Saldi/SP)
PERTEMUAN | Tim Kemhan RI bertemu Pemkab Asmat memaparkan program cadangan logistik strategis untuk mengetahui komitmen Pemkab, Senin (7/9). (Foto: Saldi/SP)

Terkait wilayah di Asmat yang akan digunakan, hal itu menjadi domain Pemkab setempat untuk menentukan.

Tidak hanya itu, Pmkab Asmat juga perlu menjelaskan ke masyarakat selaku pemilik hak ulayat terkait tujuan dari program ini, serta menjelaskan manfaat-manfaat yang nantinya akan didapatkan oleh masyarakat pemilik hak ulayat.

“Kami kalau misalkan tidak ada (Komitmen mendukung program) di sini tidak apa. Kami tidak akan menghitung biaya atau cost yang akan dibawa ke sini. Kalau di sini misalkan komitmen, sekarang juga kami laporkan, besok atau nanti sore disana (Jakarta) sudah menghitung,” kata Muhaimin.

“Nanti tanahnya ini akan tetap milik masyarakat, cuma nanti kerjasamanya dengan Pemda, karena tidak mungkin kami kerjasama langsung dengan masyarakatnya satu per satu,” sambungnya.

Ketika Pemkab Asmat dianggap sudah komitmen dan menyiapkan lahan untuk program ini dijalankan, maka ketika program berjalan dan didirikan pabrik pengolahan singkong tentu membuthkan SDM putra putri daerah Asmat mulai dari usia 18 hingga 35 tahun untuk dijadikan komponen cadangan (Komcad).

“Undang-undangnya sudah ada, nomor 23 tahun 2019 tentang pemanfaatan sumber daya nasional. Salah satunya, pemuda pemudi usia 18 sampai 35. Nanti ketika pabriknya libur tidak berproduksi, mereka diisi bela negara lagi,” jelasnya.

Sementara itu Sekda Bartholomeus Bokoropces mewakili Bupati Elisa Kambu dalam menanggapi hal ini mengatakan, pada intinya Pemkab Asmat menerima dengan melihat kepentingan ke depan.

Bahkan, seharusnya program ini dijemput oleh Pemkab Asmat lantaran melihat kehidupan masyarakat Asmat saat ini, yang kebanyakannya hanya beraktivitas menjalani kehidupan biasa-biasa saja, bertahan hidup dengan mengandalkan alam secara terus menerus secara manual.

“Kehidupan seperti inikan secara rutin tidak ada pikiran baru. Menurut masyarakat hidup mereka cuma mentok dengan kegiatan tidur, bangun, ke laut, ke hutan, begitu saja terus. Itukan tidak mungkin masyarakat berkembang,” kata Sekda.

“Tapi kalau yang macam begini, apalagi semua fasilitas disiapkan, pasti pola pikir masyarakat akan berubah,”tambahnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Seputar Papua. Mari bergabung di Grup Telegram “Seputarpapua.com News”, caranya klik link https://t.me/seputarpapua , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *