Hardiknas, 620 Ribu Penduduk Usia Sekolah di Tanah Papua Tidak Bersekolah

Dosen Unipa, Irm Agus Sumule. (Foto: Ecy Msen/Seputarpapua)
Dosen Unipa, Irm Agus Sumule. (Foto: Ecy Msen/Seputarpapua)

TIMIKA, Seputarpapua.com | Tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Di momen ini, banyak pandangan soal kemajuan dan kemunduran pendidikan di Indonesia, khususnya di Tanah Papua.

Kementerian pendidikan dan kebudayaan riset dan teknologi mencatat, ada sekitar 620.000 warga usia sekolah di Tanah Papua tidak bersekolah.

Salah satu akademisi dari Universitas Papua (Unipa) Manokwari, Papua Barat, Ir. Agus Sumule mempunyai pandangan tersendiri soal pendidikan di Papua dan implementasi Otonomi Khusus (Otsus).

Menurut Agus Sumule, sejak Otsus diterapkan tahun 2021, banyak kemajuan di bidang pendidikan.

Agus Sumule yang pada tahun 2021 masuk sebagai tim Asistensi Undang- Undang Otonomi Khusus mengakui, dengan bergulirnya Otsus, anak- anak Papua dapat mengenyam pendidikan yang layak.

” Selama otonomi ini sudah cukup banyak ada kemajuan yang dibuat. Sekolah-sekolah yang baru dibangun, sejumlah anak ke luar negeri untuk sekolah terus jumlah sekolah juga bertambah,” tutur Agus Sumule kepada Seputarpapua.com di Timika.

Agus Sumule juga menyampaikan peningkatan mencolok sepanjang 20 tahun ini adalah jumlah PAUD dan SMK meningkat tajam meski tidak sejalan dengan kebutuhan.

” Pada saat yang sama, kita juga masih terus prihatin karena peningkatan itu, dia tidak atau belum atau tidak sejalan dengan kebutuhan. Oleh sebabnya, hari ini kita ada 620.000 penduduk usia sekolah yang tidak bersekolah di seluruh Tanah Papua. Ini berdasarkan data berkala yang dikeluarkan oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan riset dan teknologi,” ungkapnya.

Jumlah penduduk usia sekolah tersebut sambungnya, dapat dihitung berdasarkan Angka Partisipasi Murni( APM). APM merupakan partisipasi dan akses penduduk bersekolah pada jenjang tertentu sesuai kelompok usia. Jumlah penduduk usia sekolah yang tidak bersekolah di pedalaman dalam hal ini di Papua pegunungan dan Papua Tengah itu lebih banyak dibandingkan yang lain.

“Jadi membangun sekolah itu tidak serta-merta membuat orang itu mau ke sekolah. Kendalanya salah satunya adalah ketika kita tidak menyediakan makanan bagi anak-anak, maka dia akan lebih suka mengikuti orang tuanya. Jarak sih boleh tapi itu salah satu lah. Sekarang saya bilang, gedung sekolah di mana-mana Kita punya angka kemahiran guru di Papua itu lebih dari 30 persen,” tuturnya.

Menyikapi kendala tersebut, UNIPA telah membuat terobasan dan telah berjalan di Maybrat dan Sorong Selatan dengan mengaktifkan Sekolah Sepanjang Hari (SSH).

penulis : Eci Mnsen
editor : Iba

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Seputar Papua. Mari bergabung di Grup Telegram “Seputarpapua.com News”, caranya klik link https://t.me/seputarpapua , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar

  1. Slamet

    Seharusnya oap sekolah gratis.

    Balas
Sudah ditampilkan semua

KONTEN PROMOSI pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi seputarpapua.com .
Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

KONTEN PROMOSI