Kasus Menurun, Mengapa Mimika Harus Khawatir Gelombang Kedua Covid-19?

Ilustrasi
Ilustrasi

TIMIKA | Pemerintah Kabupaten Mimika, Provinsi Papua melalui Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 telah memberlakukan masa adaptasi hidup baru diikuti relaksasi pembatasan sosial.

Juru Bicara Covid-19 Mimika Reynold Ubra mengatakan, relaksasi pembatasan sosial memang sudah layak dilakukan setelah melewati puncak kasus pada 25 Maret lalu.

“Puncaknya tanggal 25 Maret,” katanya dalam video conference yang difasilitasi Diskominfo Mimika, Sabtu (20/6).

Menurut Reynold, para pakar epidemiologi memang sudah memprediksi bahwa setelah Lebaran kasus Covid-19 di Mimika sudah melewati puncak. Benar, prediksi itu terjadi.

“Bukti lain, jumlah orang yang sembuh dibandingkan jumlah orang yang dirawat jauh lebih tinggi. Pada tanggal 17 Juni, angka kesembuhan sudah mencapai 56 persen dari kasus kumulatif,” katanya.

Indikator lain dilihat dari jumlah spesimen yang diperiksa, baik rapid test maupun PCR. Rapid test yang rata-rata 14 persen positif turun secara signifikan menjadi 3 persen.

Sementara jumlah konfirmasi PCR, yaitu 14 persen turun menjadi 2 persen. Dimana rata-rata angka positif setiap minggu tidak lebih dari 5 kasus yang dilaporkan oleh tiga rumah sakit secara berturut-turut.

Sementara salah satu indikator kunci adalah angka reporoduksi efektif. Sebagai seorang ahli epidemiologi, Reynold menilai angka reproduksi dasar atau R nol Covid-19 sebenarnya tidak separah campak.

“Covid-19 hanya 1 kasus primer bisa menularkan rata-rata 3-5 orang. Sedangkan campak bisa mencapai 13-15 orang, jauh lebih tinggi,” kata dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Seputar Papua. Mari bergabung di Grup Telegram “Seputarpapua.com News”, caranya klik link https://t.me/seputarpapua , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *