Umat Katolik Gereja Santo Stefanus Sempan Jalani Prosesi Cium Salib

Ribuan umat Katolik saat mengikuti Ibadah Jumat Agung di Gereja Santo Stefanus Sempan, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, Jumat (29/3/2024). (Foto: Arifin Lolialang/Seputarpapua)
Ribuan umat Katolik saat mengikuti Ibadah Jumat Agung di Gereja Santo Stefanus Sempan, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, Jumat (29/3/2024). (Foto: Arifin Lolialang/Seputarpapua)

TIMIKA | Umat Katolik Gereja Santo Stefanus Sempan, Timika, Papua Tengah, mengikuti prosesi cium Salib Yesus Kristus sang Juru Selamat, pada misa Jumat Agung, Jumat (29/3/2024).

Prosesi cium salib sebagai bentuk penghormatan umat Katolik kepada Yesus atas kisah sengsaranya diatas kayu salib.

Meski antre, namun umat tetap khusuk mengikuti prosesi cium salib ini.

Ibadah Jumat Agung mulai pukul 15.00 WIT, dipimpin Pastor Gabriel Ngga OFM.

Pastor Gabriel dalam khutbanya menyampaikan, makna warna liturgi merah pada Jumat Agung tidak pertama-tama mengingatkan duka cita atas wafat Yesus Kristus.

Tetapi mengingatkan semua untuk berani mati sebagai orang benar, berani mati untuk memperjuangkan suatu kebaikan dan kebenaran.

“Pada zaman kita ini, ditempat dimana kita berada berbagai kekejian telah menimpa hidup manusia dan pelakunya pun adalah manusia,” ujarnya.

Menurutnya, penindasan, pembunuhan kekerasan, ketidakadilan dan kerusuhan yang berakibat jatuhnya korban nyawa masih terus terjadi di wilayah gunung, lembah, pantai dan sebagainya.

“Yesus Kristus yang kita tahu selalu menyamakan dirinya sebagai orang-orang kecil, orang-orang yang tersisikan, terpinggirkan didalam masyarakat dan justru mereka itulah yang sering mendapat ketidakadilan, kekerasan dan mendapat sesuatu yang merendahkan martabat hidup mereka,” ucapnya.

Karena itu, Pastor Gabriel mengungkapkan, sesungguhnya Yesus Kristus masih terus disalibkan hingga saat ini.

“Oleh siapa? oleh kita-kita ini, dosa-dosa kita, kelemahan-kelemahan kita, dimana kita kurang peduli, tau bahwa itu salah kita diam, tau bahwa itu tidak baik kita tidak pernah berusaha untuk membelanya,” ungkapnya.

“Maka menjadi pernyataan dalam apa makna Jumat Agung ini bagi umatnya, dalam iman meyakini bahwa Tuhan telah menderita dan wafat karena cintanya bagi umatnya,” tambahnya.

Advertisements

Karena cintanya, kata Pastor Gabriel, Yesus berani memberikan nyawanya untuk memberikan segala-galanya secara tuntas agar semuanya selamat.

Maka umat yang mengimani Yesus pun diharapkan harus hidup menyerupai Yesus Kristus.

“Berani menjadi Yesus zaman ini, berani menjadi Yesus Kristus ditempat dimana semuanya berada, berjuang demi kebaikan, berjuang demi kesejahteraan bagi sesama,” pungkasnya.

penulis : Fachruddin Aji
editor : Aditra

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Seputar Papua. Mari bergabung di Grup Telegram “Seputarpapua.com News”, caranya klik link https://t.me/seputarpapua , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tinggalkan Balasan