40 Tahun Hilang, Freeport Dukung Pesta Adat Suku Kamoro di Nayaro

Puluhan anak-anak Suku Kamoro mengikuti ritual pendewasaan Karapao atau Arapao di Kampung Nayaro, Mimika, Papua pada Jumat (10/9/2022). (Foto: Yonri/Seputarpapua)
Puluhan anak-anak Suku Kamoro mengikuti ritual pendewasaan Karapao atau Arapao di Kampung Nayaro, Mimika, Papua pada Jumat (10/9/2022). (Foto: Yonri/Seputarpapua)

TIMIKA | Masyarakat Suku Kamoro atau Mimika Wee di Kampung Nayaro, Kabupaten Mimika, Papua akhirnya dapat menyelenggarakan Pesta Adat Karapao atau dalam sebutan mereka Arapao pada Jumat (10/9/2022).

Acara adat ini merupakan ritual penanda seorang laki-laki Suku Kamoro memasuki kategori dewasa.

Ketua Lembaga Musyawara Adat Suku Kamoro (Lemasko) Gregorius Okoare mengatakan, usai seorang lelaki Mimika mengikuti acara Arapao, maka ia dianggap mampu menanggung tanggungjawab layaknya laki-laki dewasa.

Kata Gery (sapaan), terdapat 76 anak laki-laki berusia 10 hingga 15 tahun yang menjadi peserta acara ini. Pada akhir sesi acara, mama dari peserta memakaikan mahkota dan rumbai-rumbai serta memecahkan kerang di pundak anaknya sebagai simbol bahwa anaknya telah dewasa.

Usai dipecahkan kerang itu, dengan penuh kegembiraan, anak-anak itu digendong oleh ayahnya dengan penuh kegembiraan.

Rangkaian acara yang digelar ini merupakan puncak dari berbagai rangkaian lain sebelumnya. Waktu yang dihabiskan untuk mencapai puncak acara bahkan memakan waktu satu tahun.

“Ini persiapan dari tahun 2021. Sudah satu tahun ini ,” kata Gery di sela acara.

Sayangnya, acara adat ini sudah jarang bahkan hampir sulit dijumpai di Kabupaten Mimika akhir-akhir ini. Bahkan menurut Gery, upacara adat ini terakhir kali dilakukan 40 tahun yang lalu di Kampung Nayaro.

“Terakhir itu waktu saya masih kecil. Berarti 40 tahun yang lalu. Waktu saya kecil saya cuma pakai celana pendek saja. Jadi bagi kami ini sudah cukup lama ya,” terangnya.

Gery akui, diselenggarakannya acara ini berkat dukungan penuh dari Departemen Social & Local Development (SLD) PT Freeport Indonesia. Ia pun tak hentinya sampaikan ucapan terima kasih atas dukungan itu.

Gery pun berharap acara ini dapat terselenggara secara rutin setiap lima tahunan.

Pihak PT Freeport Indonesia dalam penyelenggaraan acara tersebut selain memfasilitasi datangnya tamu-tamu VIP juga membantu menimbun tempat acara dengan tailing.

VP Community Relations PTFI, Engel Enoch menjelaskan, PTFI bahkan menyokong dana untuk penyelenggaraan acara ini.

“PT Freeport memang sangat mendukung pelestarian budaya. Kami punya komitmen bahwa kalau perusahaan bisa berhasil maka masyarakatnya juga harus berhasil,” tegas Enoch

Enoch akui, Kampung Nayaro tempat Suku Kamoro berdiam ini merupakan wilayah yang menjadi dampak dari aktivitas tambang. Kampung ini berdampingan dengan area pengendapan tailing yang disebut Mod ADA.

“Lokasi ini terkena dampak langsung dari sedimentasi, yaitu tailing,” kata Enoch.

Enoch menyadari bahwa kehadiran pertambangan membawa dampak tak langsung terhadap pelestarian budaya. Sehingga pihak PTFI mempunyai rasa tanggungjawab untuk tetap menjaga budaya Kamoro tetap terjaga.

“Sehingga budaya ini kami taruh sebagai salah satu resiko yang harus kami mitigasi. Sehingga kami terus membangun komunikasi (baik) dengan lembaga adat,” pungkasnya.

 

penulis : Yonri
editor : Aditra

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Seputar Papua. Mari bergabung di Grup Telegram “Seputarpapua.com News”, caranya klik link https://t.me/seputarpapua , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *