Kepala Suku Moni dan Mee di Nabire Ajak Masyarakatnya Berdamai

Kepala Suku Moni, Musa Kobogau saat menyampaikan seruan damai kepada masyarakatnya di Nabire, Minggu (28/4/2024). (Foto: Christian Degei/Seputarpapua)
Kepala Suku Moni, Musa Kobogau saat menyampaikan seruan damai kepada masyarakatnya di Nabire, Minggu (28/4/2024). (Foto: Christian Degei/Seputarpapua)

NABIRE, Seputarpapua .com | Pertikaian saling serang antar kelompok masyarakat dari suku Mee dan Moni di Kampung Wadio, Distrik Nabire Barat, Papua Tengah pada Sabtu, 27 April 2024, disikapi oleh dua kepala suku dari kedua kelompok masyarakat yang bertikai.

Kepala Suku Moni, Musa Kobogau mengatakan bahwa pertikaian antar dua kelompok masyarakat dipicu oleh tindakan kriminal yang dilakukan oknum-oknum masyarakat yang terkontaminasi minuman keras beralkohol (Miras).

Untuk itu, ia mengajak keluarga besar suku Mee di Nabire untuk berdamai, karena suku Mee dan Moni menurutnya satu keluarga besar yang diikat oleh budaya nenek moyang.

“Saya berharap kepada keluarga besar suku Mee yang ada di Kabupaten Nabire dan pada umumnya di Provinsi Papua Tengah, untuk tidak menganggap keluarga suku Moni sebagai musuh, tetapi anggaplah kami sebagai bagian dari keluargamu dan kita harus bersamai dan bersatu,” demikian seruan Musa Kobogau dihadapan awak media di Nabire, Minggu (28/4/2024).

Sementara itu Kepala Suku Besar Mee di Papua Tengah, Yakubias Adii menegaskan, pertikaian yang memusuhi hubungan kedua suku tersebut agar tidak terulang lagi.

“Konflik antar suku maupun permusuhan antar kelompok masyarakat tidak boleh terjadi lagi di Nabire maupun di daerah lain, khususnya di Provinsi Papua Tengah,” tegas Adii.

Konflik terutama antar suku, menurutnya hanya memhambat kamajuan pembangunan dan memecah belah persatuan antar sesama.

“Papua Tengah adalah provinsi baru yang butuh kebersamaan dalam kemajuan pembangunan daerah, sehingga permusuhan antar suku harus ditiadakan ya,” ajak Adii.

Ia pun mengharapkan kedua kelompok masyarakat yang terlibat pertikaian, agar segera mengadakan prosesi perdamaian sehingga masalah ini tidak berlarut-larut.

“Ada masalah, ada solusi. Sehingga saya berharap teman-teman Moni dan Mee harus berdamai. Karena kedua suku ini adalah keluarga, karena nenek moyang kita sama dalam ikat atau hubungan keluarga,” pungkasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Seputar Papua. Mari bergabung di Grup Telegram “Seputarpapua.com News”, caranya klik link https://t.me/seputarpapua , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *