Tri Hari Suci Paskah dan Maknanya Bagi Umat Nasrani

Pawai Obor Paskah yang dilakukan untuk mengenang peristiwa kebangkitan Yesus Kristus, Minggu (9/4/2023)
Pawai Obor Paskah yang dilakukan untuk mengenang peristiwa kebangkitan Yesus Kristus, Minggu (9/4/2023)

TIMIKA | Tri Hari Suci Paskah merupakan hari istimewa bagi umat Nasrani, sebab tiga hari itu mereka memperingati Hari Terakhir Paskah Yesus dengan murid-muridnya, Hari Kematian Yesus dan kebangkitan Yesus.

Tri Hari Suci juga ditempatkan pada satu pekan khusus yang disebut Pekan Suci. Pekan suci dimulai dari Kamis sebelum paskah, dan berakhir pada Minggu malam paskah.

Dalam prosesinya, Tri Hari Suci terbagi menjadi tiga prosesi sakral, yang pertama adalah Kamis Putih atau disebut juga dengan Holy Thursday. Pada hari inilah diyakini Yesus merayakan paskah terakhir dengan murid-muridnya.

Mengutip catholic.org, pada Kamis Putih inilah dilakukan perjamuan terakhir Yesus Kristus. Perjamuan terakhir adalah perjamuan paskah terakhir yang dilakukan Yesus dengan murid-muridnya di Yerusalem. Selama makan, diyakini Yesus telah meramalkan pengkhianatan yang dilakukan oleh Yudas.

Selama perjamuan paskah, Yesus memecah-mecahkan roti dan memberikannya kepada para muridnya sambil mengucapkan kata-kata ‘Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu.’ Kemudian, Dia memberikan cawan berisi anggur. Dia kemudian berkata, ‘Inilah darah-Ku…’ Diyakini bahwa mereka yang makan daging dan darah Kristus akan memiliki hidup yang kekal.

Peristiwa paling menonjol dalam Kamis Putih ini adalah saat Yesus dengan rendah hati membasuh kaki murid-muridnya, yang akan menjadi imam-imam yang pertama.

Pendirian imamat ini diperagakan pada Misa dengan imam yang membasuh kaki beberapa umat.

Setelah Kamis Putih, Tri Hari Suci dilanjutkan dengan Jumat Agung. Bagi umat Nasrani Jumat Agung adalah hari paling penting, sebab pada hari inilah umat mengenang kesengsaraan, penyaliban hingga kematian Yesus Kristus karena dosa manusia.

Jumat Agung oleh umat Nasrani juga dirayakan sebagai bentuk rasa syukur mendalam, atas pengorbanan Yesus yang sudah menghapus dosa mereka.

Ditemui usai mengikuti ibadah Jumat Agung di Katedral Tiga Raja, sebagai umat Katolik, Magdalena Charlan Biru (22) memaknai pengorbanan yang dilakukan oleh Yesus Kristus sebelum penyaliban adalah bukti cinta Yesus kepada umat.

“Dalam prosesi jalan salib itu kan ada 14 peristiwa dari Tuhan Yesus dijatuhi hukuman mati sampai di makamkan, setiap peristiwa itu mencerminkan bagaimana Tuhan mau kita (umat) untuk benar-benar merasakan kasihnya kepada umat, dan kita bisa sadar akan hal itu, kemudian tidak lagi jatuh ke dalam dosa yang sama berulang kali,” katanya.

Sementara menurut Yoseph Dosi (29), peristiwa Jumat Agung adalah tanda pertobatan umat.

Advertisements

“kami (umat) tahu Yesus rela wafat di kayu salib untuk kami. Sehingga kami harus menghayati ini sebagai tanda rasa pertobatan kami, menghayati benar. Setelahnya harus ada perubahan (perilaku) yang baik kedepannya,” katanya ditemui dikesempatan yang sama.

“Makna pengorbanan Yesus Kristus, juga menjadi cara-Nya dalam memperlihatkan cinta kasih-Nya kepada umat manusia. Sekaligus adanya makna pemberian ampunan dari Tuhan bagi umat manusia,” imbuhnya.

Pastor Amandus Rahadat yang memimpin Ibadah Jumat Agung di Katedral Tiga Raja mengatakan, Jumat Agung tidak terpisahkan dari Minggu Palma, Kamis Putih dan Paskah.

Advertisements

“Minggu Palma dengan sorak sorai kita menyambut Yesus sebagai raja. Dan kemarin (Kamis Putih) Yesus sang raja memberikan contoh bagaimana kita harus mencintai sesama dengan melayani,” katanya.

Dikatakannya, Yesus memberikan perintah agar umat mencintai sesama dan cinta, berarti menghendaki sesama manusia bahagia, maka umat siapapun itu harus berusaha membuat orang di sekitar menjadi bahagia dengan kehadirannya.

Peringatan Tri Hari Suci ditutup dengan peringatan Paskah. Peringatan itu juga sekaligus menutup masa pra-Paskah yang sudah dilakukan sejak 40 hari sebelumnya.

Advertisements

Paskah diperingati tepat tiga hari setelah Jumat Agung. Paskah atau Minggu Paskah merupakan perayaan yang terpenting dan paling sakral karena pada momen inilah umat Nasrani memperingati kebangkitan Yesus.

Mengutip khutbah Pastor Amandus Rahadat dalam Ibadah Paskah yang disiarkan secara langsung di kanal Youtube Multimedia Tiga Raja Timika, ia berpesan agar pada perayaan Paskah yang identik dengan kebangkitan, umat Katholik Mimika khususnya tidak mati kerohaniannya.

“Zaman ini banyak kita lihat orang itu hidup, tapi mereka sebenarnya sudah mati atau paling tidak dalam proses kematian, itulah kematian rohani,” ucapnya.

Dikatkan Pastor Amandus, kematian yang dimaksud dalam konteks hidup parokial, adalah banyak umat paroki tidak sadar jika mereka adalah bagian dari warga komunitas basis.

Advertisements

“Ada juga umat yang tidak tercatat di dalam kombas, tidak peduli terhadap pengurusnya, bahkan sengaja dia lupa bahwa dia adalah warga paroki yang tinggal di wilayah Komunitas Basis. Nanti kalau ada perlu baru cari ketua Kombas nya siapa, ini (contoh) orang-orang yang mati rasa akan kekatolikan,” tegasnya.

Pastor Amandus pun ingin agar umat yang masih tidak peduli akan pentingnya Kokunitas Basis, bisa bangkit dari kondisi tersebut bersama dengan Paskah.

“Paskah ini berita untuk kamu-kamu (umat yang tidak sadar akan pentingnya komunitas basis) yang mati-mati ini supaya cobalah untuk bangkit,” tegasnya.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Seputar Papua. Mari bergabung di Grup Telegram “Seputarpapua.com News”, caranya klik link https://t.me/seputarpapua , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tinggalkan Balasan