OPINI | Diplomasi Soft Power: Membangun Stabilitas Politik di Kawasan Pasifik

Wulandari

Oleh: Wulandari

Dalam era globalisasi ini, diplomasi tidak hanya terbatas pada kekuatan militer atau politik keras. Konsep diplomasi soft power semakin mendapatkan perhatian, khususnya di kawasan Pasifik yang kaya akan keragaman budaya dan geopolitik yang kompleks.

Diplomasi soft power adalah pendekatan diplomasi yang lebih menitikberatkan pada daya tarik dan pengaruh positif suatu negara melalui budaya, nilai-nilai, pendidikan, dan inovasi. Dalam konteks kawasan Pasifik, negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan Australia telah berhasil mengimplementasikan diplomasi soft power untuk memperkuat hubungan dan membangun stabilitas politik.

Kawasan Pasifik dikenal dengan kekayaan budaya yang luar biasa. Negara-negara di sini memanfaatkan seni, musik, dan tradisi sebagai alat diplomasi untuk memperkenalkan identitas mereka kepada dunia. Contohnya adalah promosi seni tradisional Melanesia oleh negara-negara Pasifik dalam forum internasional untuk membangun pemahaman dan kerja sama.

Program pertukaran pelajar dan kerja sama pendidikan menjadi pilar penting dalam diplomasi soft power di kawasan ini. Negara-negara Pasifik aktif memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan keterampilan antar negara untuk memperdalam pemahaman lintas budaya dan memperkuat jejaring kerja sama di tingkat akademis.

Pengembangan teknologi dan ekonomi kreatif menjadi instrumen penting dalam membangun stabilitas politik. Negara-negara di kawasan ini berusaha untuk mempromosikan inovasi teknologi dan kreativitas sebagai cara untuk menunjukkan kemajuan mereka dan memperkuat daya tarik ekonomi.

Meskipun diplomasi soft power memiliki banyak potensi, terdapat juga tantangan seperti perbedaan nilai budaya dan ketidaksetaraan ekonomi di antara negara-negara di kawasan ini. Oleh karena itu, sinergi antar negara untuk mengatasi perbedaan tersebut menjadi kunci untuk menciptakan stabilitas politik yang berkelanjutan.

Diplomasi soft power di kawasan Pasifik tidak hanya menjadi alternatif, tetapi juga kebutuhan dalam menghadapi dinamika geopolitik global. Dengan memanfaatkan kekayaan budaya, pendidikan, inovasi, dan kerjasama ekonomi kreatif, negara-negara di kawasan ini dapat bersama-sama membangun stabilitas politik yang kokoh dan berkelanjutan. (***)

Referensi
Yani, Y. M dan Lusiana, E. (2018). Soft power dan soft diplomacy. Jurnal TAPIs. Vol 14(02).

Penulis adalah Mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional di Universitas Cenderawasih.

(Opini adalah pendapat atau gagasan penulis yang dikirim ke Redaksi Seputar Papua. Keseluruhan konten menjadi tanggungjawab penulis)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Seputar Papua. Mari bergabung di Grup Telegram “Seputarpapua.com News”, caranya klik link https://t.me/seputarpapua , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tinggalkan Balasan