TIMIKA | Berbicara tentang Papua, tentunya banyak hal yang bisa dijadikan bahan diskusi maupun pembicaraan, mulai seni, budaya, bahasa, dan keragaman suku.
Namun, jika berbicara tentang olahraga yang paling digemari dan diminati masyarakat Papua, jawabannya cuma 1, ‘Sepak Bola’.
Sepak bola merupakan olahraga favorit dan digemari masyarakat Papua. Tidak salah, disetiap daerah memiliki persatuan sepak bola (PS) dan sudah ada yang merambah sampai tingkat nasional, seperti Persipura Jayapura, Persiwa Wamena, Persiram Raja Ampat, dan Persidafon Dafonsoro.
Klub-klub sepak bola tersebut telah menghasilkan pemain bintang, seperti Rocky Piuturay, Boas Solossa, Patrick Wanggai, Ishak Fatari, Alexander Pulalo, Ortizan Solossa, dan Erol Iba.
Bahkan ada juga yang sudah merumput (bermain sepakbola) di luar negeri, seperti Rudolof Yanto Basna yang sekarang bermain di Klub Liga Thailand, Sukhotai. Kemudian Terens Puhiri yang mengawali karier profesional bersama Borneo FC pada 2015.
Agar bintang sepabola dari Papua redup, maka PT Freeport Indonesia merancang program Papua Football Academy (PFA) untuk mendidik calon pamain handal dan berakter sejak usia dini.
PFA secara resmi telah diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo di Stadion Lukas Enembe di Jayapura 31 Agustus 2022.
PFA dirancang atas permintaan Presiden Joko Widodo kepada PT Freeport Indonesia.
Permintaan Presiden dijawab penuh oleh Freeport dengan memberi dukungan pembiayaan secara menyeluruh terhadap PFA.
‘Dari Papua untuk Indonesia” menjadi tajuk Presiden mengharumkan Papua dan mengembangkan bakat ana-anak Papua sejak dini dari segi olahraga, khususnya sepakbola.
Para pemain Papua Football Academy (PFA) usai menjalani pertandingan persahabatan. (Foto: Saldi Hermanto)
Sebelum diresmikan, tim PFA melakukan pencarian bakat dan seleksi terhadap anak usia dini di tiga kota besar di Papua, yakni Timika, Jayapura dan Merauke. Peserta PFA merupakan pelajar SMP kelahiran 1 Januari 2009 hingga 31 Desember 2009.
Seleksi yang dilakukan pun sangat ketat, karena peserta harus melewati tes kesehatan, hingga tes bakat dan psikologi.
“Sekarang ini, siswa di PFA sebanyak 30 anak. Dimana mereka diseleksi dan direkrut dari 3 daerah, yakni Mimika, Merauke, dan Jayapura,” kata Kepala Pelatih PFA Ardiles Rumbiak.
Pola pendidikan di PFA menerapkan sistem sekolah asrama alias boarding school. Karenanya, setiap peserta PFA mendapatkan semua kebutuhan dari perlengkapan sepakbola, belajar, hingga makan dan penginapan tanpa dipungut biaya.
Pola pendidikan di PFA tidak hanya menekankan pada latihan fisik, sebagaimana seorang atlet sepakbola, tetapi juga kedisiplinan, karakter, sikap, dan mental.
PFA yang bermarkas di Mimika, Papua Tengah ini atau tepatnya di Mimika Sport Complex (MSC) menjadi wadah bagi anak-anak Papua untuk mengecap ilmu sepakbola dengan baik dan benar.
Di asrama, seluruh siswa mendapatkan pendidikan formal dan keterampilan. Diharapkan menjadi bekal bagi siswa PFA sebagai pemain sepakbola dan individu yang berkembang, baik di dunia pendidikan maupun keterampilan.
Menyangkut pelatihan fisik, manajemen dan pelatih PFA memberikan porsi latihan yang cukup. Dalam satu minggui porsi latihan yang awalnya 12 jam, ditambah menjadi 16 jam. Tidak menutup kemungkinan porsi latihanl akan ditambah menjadi 20 jam.
Untuk mengetahui perkembangan latihan fisik serta ketrampilan-ketrampilan yang diberikan, t Manajemen PFA melakukan pertandingan persahabatan, baik itu dengan tim sepakbola lokal Mimika maupun dari luar Papua. Seperti yang baru-baru ini dijalani, yakni pada 25 Maret 2023 pemain PFA bertanding dengan SSB Timika Putra.
Selain dengan tim lokal Mimika, Tim PFA juga pernah melakoni pertandingan dengan tim-tim dari Mojokerto, Malang, Yogyakarta dan Solo.
Tidak hanya pelatihan fisik dan ketrampilan saja yang ditekankan oleh Manajemen PFA kepada para peserta didik. Kedisiplinan, perubahan perilaku, dan sikap juga menjadi fokus perhatian. Hal ini diperlukan dan dianggap bahwa skill bagus tanpa disertai kedisipilinan dan prilaku yang baik, maka akan sia-sia.
Direktur PFA Wolfgang Pikal mengatakan,
anak-anak Papua memiliki bakat, teknik, dan kecepatan yang bagus. Namun apabila tidak didukung dengan kedisiplinan baik perilaku, dan pola hidup atlet maka itu sia-sia saja.
“Karenanya saya orang Austria turunan dari Jerman, memasukkan prinsip sepakbola dari sana ke.sini, khususnya sifat dan sikap. Dengan demikian, para pemain tidak hanya kuasai teknik dan taktik bagus, tapi kedisiplinan bisa menjadikan pemain seperti atlet top dan memiliki karakter,” tuturnya.
Freeport Komitmen Dukung PFA
Dikutip dari papuafootballacademy.com, sejak diresmikan pada 31 Agustus 2022, PT Freeport Indonesia terus menunjukkan komitmen untuk mendukung PFA. Direktur PT Freeport Indonesia, Claus Wamafma mengungkapkan alasan dibalik dukungan perusahaan yang telah berdiri selama 55 tahun di Tanah Papua tersebut.
“PFA menjadi penting dalam investasi sosial PT Freeport Indonesia. Selama ini, PTFI ikut bersama pemerintah dalam proyek membangun Papua dengan komitmen kami pada bidang kesehatan, pendidikan, infrastruktur, transportasi, dan ekonomi untuk masyarakat asli Papua,” ujar Claus ketika berkunjung ke Mimika Sport Complex.
Claus merasa keputusannya dalam mendukung talenta muda Papua lewat PFA merupakan keputusan yang tepat. Maka dari itu, ia berniat untuk menjaga tekad dan komitmen tersebut dalam waktu yang panjang.
“PFA ini akan menjadi portofolio baru PTFI. PFA akan menjadi komitmen jangka panjang kami. Freeport Indonesia terus akan mendukung PFA dengan semua fasilitas dan standar yang dipersyaratkan oleh FIFA. Saat ini, kami sudah menerapkan konsep PFA Children Safeguarding,” ucap Claus.
Tinggalkan Balasan
Anda Harus Login untuk berkomentar. Belum Punya Akun ? Daftar Gratis