TIMIKA | Puskesmas Timika, Distrik Mimika Baru, Kabupaten Mimika, Papua Tengah pada bulan Februari 2023 menemukan 1 kasus anak dengan gizi buruk.
Anak laki-laki dengan gizi buruk tersebut berusia 4 tahun 8 bulan, ditemukan saat petugas puskesmas mengadakan pelayanan pemberian vitamin A dari rumah ke rumah warga.
Penanggung Jawab Gizi Puskesmas Timika, Darling Samber, mengungkapkan bahwa anak tersebut mengalami gizi buruk dengan penyakit penyerta mengidap Tuberkulosis (TB).
“Jadi dia bukan gizi buruk murni karena tidak makan, tapi penyakit penyerta yang buat dia sampai bisa gizi buruk,” jelas Darling ketika ditemui di Puskesmas Timika, Rabu (1/3/2023).
Berat badan diawal penimbangan anak tersebut, kata Darling, hanya 8,8 kilogram (kg). Pada umumnya anak diusia 4 tahun paling tidak berat badan berkisar 20 kg.
Kemudian, untuk tinggi badan normal anak usia 4 tahun pada umumnya kisaran 12,5 cm, namun anak tersebut hanya 8,8 cm.
“Saat ini kami sementara menangani, dan saat ini sudah hari ke-7. Jadi makanannya dalam bentuk susu sudah diracik, kerjasama dengan dokter dengan tim lapangan kita sudah turun,” katanya.
Sesuai dengan SOP penanganan kasus gizi buruk, Darling menerangkan pihaknya intens melakukan pengawasan selama 90 hari atau 3 bulan. Dimana setiap hari diberikan makanan melalui susu yang sudah diracik oleh dokter.
“Perubahan di hari ke 7 ini, waktu pertama kami ketemu, dia (anak dengan gizi buruk) cuma bisa duduk. Sekarang sudah bisa jalan lima langkah, kemudian sudah bisa merayap juga,” ungkapnya.
Dalam penanganan kasus ini Tim Gizi di Puskesmas Timika tidak bekerja sendiri, namun bersama-sama Tim TB untuk mengobati sakit yang diderita anak. Sedangkan Tim Kesehatan Keliling (Kesling) juga memantau sanitasi dan higienis lingkungan rumah bersama Tim Malaria.
“Jadi semua tim dalam puskesmas kita bekerjasama menangani ini,” kata Darling.
Nantinya pada Jumat, 3 Maret 2023 pihak dari Puskesmas Timika akan melakukan proses penimbangan ulang terhadap anak itu.
“Kami berharap setidaknya dalam satu minggu bisa ada naik berat badannya dari 8,8 bisa naik 8,9. Kalau tidak naik berarti ada yang salah sehingga harus dicari tahu lagi,” ujarnya.
Dijelaskan, pada tahun 2022 pihaknya menemukan kurang lebih 10 kasus gizi buruk. Namun semua pasien gizi buruk yang ditemukan selalu dengan penyakit penyerta.
Ia mengimbau masyarakat khususnya para orangtua dapat bekerjasama memberikan support kepada tenaga kesehatan yang menangani kasus seperti ini.
“Intinya adalah orangtua, setidaknya bisa memiliki rasa pengetahuan tentang merawat anak dengan baik, dari dalam kandungan sampai usia lima tahun diberikan perhatian khusus supaya tidak terjadi kasus seperti ini,” imbuhnya.
Tim kesehatan sudah bekerja ekstra, namun tak bisa berjalan sendiri sehingga membutuhkan dukungan dari orangtua.
Tinggalkan Balasan
Anda Harus Login untuk berkomentar. Belum Punya Akun ? Daftar Gratis