TIMIKA | Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika, Papua Reynold Ubra menyebut angka mematian ibu dan anak di Mimika mengalami penurunan.
Reynold mengatakan, jumlah kematian ibu per tahun 2021 adalah 79/100 ribu. Angka ini menurutnya menurun, sebab tahun 2020 masih di angka 400/100 ribu kelahiran hidup.
“Itu artinya angka kematian ibu menurun. Demikian pula angka kematian neonatus dan juga bayi dan balita. Ini adalah berita bagus,” kata Reynold ketika diwawancarai, Rabu (23/2/2022).
Angka ini, lanjut Reynold, sudah sesuai dengan target nasional sebab untuk strandar nasional tidak boleh lebih dari 305/100 ribu kelahiran hidup.
Berbicara mengenai visi-misi pembangunan, sebut dia, ada beberapa indikator diantaranya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) salah satunya adalah usia harapan hidup.
Dimana usia harapan hidup di Mimika sudah diatas 72 tahun. Jika dihubungkan dengan sektor Kesehatan berdasarkan hitungan Years of Potential Life Lost (YPLL) pihak kesehatan melihat berapa banyak angka kematian ibu jadi usia harapan hidup, berapa banyak kematian neonatus, juga bayi dan balita.
“Jadi kalau 72 tahun ekspektasi atau harapan hidup maka kalau misalnya ada satu bayi saja yang meninggal, maka didalam tahun itu kita akan kehilangan 72 orang tahun, ada usia harapan hidup yang hilang,” katanya.
Ia mengatakan, kalau 10 bayi yang meninggal pasca lahir, maka kehilangan 720 orang per tahun dalam tahun itu.
Untuk itu, dengan angka 76/100 ribu kelahiran hidup ini, pihaknya akan terus meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak melalui tenaga-tenaga kesehatan terutama bidan dan dokter yang ada di Puskesmas.
“Kemudian pencatatan laporan yang akurat dan valid supaya angka di tahun 2022 ini kita bisa tetap menyampaikan pemberitaan terkait dengan angka kematian ibu dan anak,” katanya.
Juga, kata Reynold, pihaknya dalam waktu dekat akan merilis infografis secara berkala mengenai kasus malaria per wilayah yang juga menjadi salah satu penyebab kematian ibu dan anak.
“Persoalan kita di Mimika cukup banyak terkait dengan malaria tapi kita sudah tau pola-pola untuk bagaimana menuntaskan itu. Tantangan terbesar adalah mengajak sektor-sektor terkait untuk bisa terlibat dalam upaya pengendalian atau menurunkan masalah kesehatan,” jelasnya.
Selain malaria, kematian ibu dan anak dipengaruhi infeksi, TB, juga paling banyak masalah perilaku ibu hamil seperti tekanan darah tinggi, dan jarang melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin atau melakukan pemeriksaan kehamilan kemudian menjaga pola makan menjadi gaya hidup.
Namun juga secara keseluruhan, kata Reynold, penyebab 4T masih mempengaruhi angka kematian ibu dan anak. 4T adalah Terlalu mudah hamil, terlalu tua hamil, terlalu dekat hamil, dan terlalu banyak hamil.
Ia menyebut, kini hamil usianya kurang dari 18 tahun, kemudian jarak kehamilan, saat ini dengan sebelumnya kurang dari 2 tahun.
Ada yang hamil diatas 35 tahun, kemudian jumlah anak itu sudah lebih dari 3 anak bahkan rata-rata satu ibu di wilayah pesisir memiliki anak rata-rata 6 orang, sehingga itu merupakan faktor resiko, dan jarak kelahiran yang berdekatan.
“Jadi itu empat faktor resiko ini masih di monopoli oleh ibu-ibu hamil. Terutama yang ada di wilayah-wilayah daerah terpencil,” katanya.
Reynold mengungkapkan, kondisi ini berbeda dengan yang ada di wilayah pegunungan.
“Kalau di pegunungan rata-rata jarak kehamilan antar anak sebelumnya dan sekarang itu diatas dua tahun, dan jumlah anak pun tidak lebih dari rata-rata tiga,” katanya.
- Tag :
- AKI Mimika,
- Dinkes Mimika,
- Ibu dan Anak
Tinggalkan Balasan
Anda Harus Login untuk berkomentar. Belum Punya Akun ? Daftar Gratis