Komnas HAM: Pendeta Yeremia Alami Serangkaian Penyiksaan Sebelum Meninggal Dunia

Tim Komnas HAM ketika melakukan rekonstruksi pembunuhan Pdt. Yeremia Zanambani dengan menghadirkan para saksi.
Tim Komnas HAM ketika melakukan rekonstruksi pembunuhan Pdt. Yeremia Zanambani dengan menghadirkan para saksi.

Komnas HAM mencatat terdapat rangkaian peristiwa menjelang kematian Pdt. Yeremia Zanambani. Peristiwa tersebut terjadi pada 17 – 19 September 2020 siang. Penembakan dan kematian Serka Sahlan serta perebutan senjatanya mendorong penyisiran dan pencarian terhadap senjata yang dirampas oleh TPNPB/OPM.

Bahkan, sebanyak dua kali yaitu sekitar pukul 10.00 dan 12.00 WIT warga Hitadipa dikumpulkan dalam pencarian senjata dan mengirim pesan agar senjata segera dikembalikan dalam waktu 2-3 hari. Dalam pengumpulan massa tersebut, nama Pdt. Yeremia Zanambani disebut-sebut beserta 5 nama lainnya, dan dicap sebagai musuh salah satu anggota Koramil di Distrik Hitadipa.

Tidak lama, sekitar pukul 13.10 WIT, terjadi penembakan terhadap salah seorang Anggota Satgas Apter Koramil di pos Koramil Persiapan Hitadipa atas nama Pratu Dwi Akbar Utomo. Pratu Dwi Akbar dinyatakan meninggal dunia pada pukul 16.45 WIT setelah dievakuasi ke RSUD Kabupaten Intan Jaya.

Sementara tim lainnya termasuk Alpius Hasim Madi diduga melakukan operasi penyisiran guna mencari senjata api yang dirampas. Penembakan Pratu Dwi Akbar juga memicu rentetan tembakan hingga sekitar pukul 15.00 WIT. Penyisiran Alpius dan pasukannya juga dilihat oleh warga sekitar, termasuk di antaranya istri korban, Mama Miryam Zoani.

Ketika itu, Alpius disebut menuju kandang babi sekitar waktu penembakan terhadap korban. Di saat bersamaan, juga terdapat pembakaran terhadap rumah dinas kesehatan Hitadipa karena diduga sebagai asal tembakan terhadap Pratu Dwi Akbar atau lokasi persembunyian TPNPB/OPM.

“Setidaknya, 2 orang saksi melihat api dan asap, serta sisa bara api dari lokasi kebakaran. Sekitar pukul 17.50 WIT, korban ditemukan istri korban di dalam kandang babi dengan posisi telungkup dan banyak darah di sekitar tubuh korban. Di lengan kiri korban terdapat luka terbuka dan mengeluarkan darah,” jelasnya.

Tim pemantauan dan penyelidikan Komnas HAM telah menyusun seluruh temuan, merekonstruksi peristiwa dengan melakukan olah tempat kejadian peristiwa, sudut, lubang dan jarak tembak, mengindetifikasi karakter tembakan, permintaan keterangan saksi-saksi dan informasi terkait lainnya serta mengujinya dengan keterangan ahli.

Laporan Penyelidikan ini akan di sampaikan kepada Presiden dan Menkopolhukam. Komnas HAM berharap pengungkapan peristiwa kematian Pendeta Yeremia zanambani secara tranparan, proses keadilan yang professional dan kredible dapat diselenggrakan.

“Secara keseluruhan berharap segala bentuk kekerasan dapat di hentikan dan perbaikan kesejahteraan bagi warga Intan jaya , khsusunya hitadipa segera terwujud,” kata Choirul Anam.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Seputar Papua. Mari bergabung di Grup Telegram “Seputarpapua.com News”, caranya klik link https://t.me/seputarpapua , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tinggalkan Balasan