Oleh: Dian Faradilah
Wilayah Pasifik merupakan wilayah yang cukup strategis dalam kaitannya dengan politik luar negeri Indonesia. Salah satu kepentingan utama Indonesia dalam menjaga hubungan dengan negara-negara Pasifik adalah untuk menjaga stabilitas nasional dan regional Pasifik, negara-negara Pasifik Selatan berbeda dengan kawasan lain.
Pertama, negara di kawasan Pasifik Selatan disebut dengan ‘microstate’, karena memiliki jumlah populasi yang sedikit serta areanya yang sempit. Kedua adalah, letaknya yang berada di pulau, jauh dengan pusat dunia. Ketiga adalah negara yang berada di kawasan ini merupakan negara berkembang.
Karena karakateristik ini, diperlukanlah kerja sama antar kawasan untuk menjaga eksistensinya dalam hubungan internasional. Kestabilan politik Luar Negeri di wilayah Pasifik Selatan penting bagi Indonesia untuk menunjukkan eksistensi dan konsistensinya di kawasan Pasifik Selatan dalam menangani masalah-masalah regional.
Kawasan Pasifik Selatan sendiri didiami oleh tiga budaya besar, yaitu Melanesia, Polinesia dan Mikronesia. Pengaruh budaya Melanesia terlihat dalam hubungan antara budaya dan kepemimpinan, konstitusi, dan pemerintahan, juga hubungan internasional.
Melanesia merupakan gugus kepulauan yang memanjang dari Maluku lalu ke timur sampai Pasifik bagian barat, serta utara dan timur laut Australia. Sedangkan Indonesia memiliki tiga wilayah yang memilki rumpun Melanesia, yaitu wilayah Papua, Maluku dan Nusa Tenggara Timur.
Dengan adanya semangat solidaritas etnis yang tinggi dari beberapa negara ras Melanesia, kemudian terbentuklah sebuah organisasi antar pemerintah (intergovernmental organization) yaitu Melanesian Spearhead Group (MSG).
Melanesian Spearhead Group didirikan di Port Vila pada 14 Maret 1988 dan merupakan kelompok sub-regional di kawasan kepulauan Pasifik yang terdiri dari negara-negara Melanesia di Pasifik Barat, yang berdekatan dengan Australia, yaitu: Vanuatu, Fiji, Papua Nugini, Kepulauan Salomon dan New Caledonia.
Tujuan pendirian Melanesian Spearhead Group untuk meningkatkan perekonomian negara-negara yang tergabung dalam keanggotaan MSG. Adapun visi yang dimiliki oleh MSG dalam menjalankan tugasnya adalah dekolonisasi dan kebebasan seluruh negara Melanesia dan mengupayakan keterkaitan budaya, politik, sosial dan ekonomi masyarakat Melanesia.
Adapun pada KTT Melanesian Spearhead Group ke-18 di Fiji, Indonesia diterima dan diberikan status sebagai observer. Pada forum ini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat itu menjelaskan mengenai kondisi Papua serta mempersilakan perwakilan Melanesian Spearhead Group melakukan kunjungan ke Papua untuk mendengar langsung terkait kebijakan pembangunan ekonomi serta aspek keamanan di Papua, dan melihat kondisi di Papua secara langsung. Hal tersebut dilakukan terkait isu pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang diduga dilakukan oleh pemerintah Indonesia di Papua.
Keterlibatan Indonesia dalam Melanesian Spearhead Group berdampak pada munculnya perlawanan dari gerakan separatis di Papua yang terancam dipersulit untuk memerdekakan Papua. Pada Juni 2013, The West Papuan National Coalition for Liberation (WPNCL) atau Koalisi Nasional Papua Barat untuk Pembebasan yang memperjuangkan kemerdekaan Papua, mendaftarkan diri sebagai anggota Melanesian Spearhead Group pada KTT yang dilaksanakan di Noumea. Permintaan keanggotaan ini menjadi bahan pertimbangan bagi negara-negara anggota Melanesian Spearhead Group.
Kepentingan Indonesia secara umum terkait hubungannya dengan negara-negara Pasifik adalah menjaga kestabilan regional wilayah Pasifik. Perkembangan domestik suatu negara tidak luput dari perselisihan atau bentrokan antara satu kelompok dengan kelompok lain atau etnis tertentu yang menentang pemerintahan untuk memenuhi tuntutan mereka.
Perkembangan keamanan domestik berpengaruh dalam politik luar negeri suatu negara terhadap negara lain dalam sistem internasional. Suatu negara akan berusaha menyelesaikan konflik dengan mengambil kebijakan luar negeri dalam menjalin hubungan kerjasama dengan negara lain, sama halnya dengan Indonesia yang melakukan kerjasama dengan negara-negara Melanesian Spearhead Group dalam menjaga keutuhan NKRI di Papua.
Dalam persoalan ini, Indonesia harus mengambil kebijakan yang signifikan untuk menghentikan perselisihan di Papua, mengingat kedekatan geografis antara Indonesia dengan negara-negara Melanesian Spearhead Group lainnya.
Oleh sebab itu Indonesia menempuh cara diplomasi dengan masuk keanggotaan MSG, karena Indonesia ingin mendapatkan dukungan dari negara-negara anggota Melanesian Spearhead Group untuk mencegah kelompok Papua merdeka menjadi anggota tetap, guna menghambat pergerakan dalam memerdekakan Papua dan Indonesia juga ingin menjadi aktor penggerak untuk menciptakan stabilitas di Pasifik Selatan. (***)
Referensi
Bekarekar, W. W. S. (2020). Alasan Indonesia Dalam Melakukan Hubungan Kerja sama Dengan Melanesian Spearhead Group (MSG) (Doctoral dissertation, Tesis Magister. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Diunduh dari: http://repository. umy. ac. id/handle/123456789/8608 tanggal 25 Oktober).
Penulis adalah Mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional di Universitas Cenderawasih.
(Opini adalah pendapat atau gagasan penulis yang dikirim ke Redaksi Seputar Papua. Keseluruhan konten menjadi tanggungjawab penulis)
Tinggalkan Balasan
Anda Harus Login untuk berkomentar. Belum Punya Akun ? Daftar Gratis