Faktor Makan Pinang Pengaruhi 30 Persen Anak SD di Mimika Alami Gangguan Kesehatan Gigi

Reynold Ubra saat mengunjungi Venue Panjat Tebing. Foto: Anya Fatma/SeputarPapua

TIMIKA | Isu kesehatan gigi dan mulut menjadi suatu hal yang selalu diamati oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika, Papua.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika, Reynold Ubra mengatakan, berdasarkan laporan dari pelayan upaya kesehatan sekolah ditemukan sekitar 30 persen anak SD mengalami gangguan kesehatan gigi.

“Itu temuannya kira kira 20 – 30 persen anak-anak SD itu mengalami gangguan pada kesehatan gigi seperti berlubang,” kata Reynold, Kamis (7/10/2021).

Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya gigi, karena anak usia dini sudah mengkonsumsi pinang.

“Kebiasaan makan pinang. Makan pinang boleh, tapi secara rutin harus sikat gigi,” kata Reynold.

Reynold mengatakan, hal tersebut terjadi tidak hanya secara estetik, namun jangan sampai kedepannya anak mau sekolah Akademi Kepolisian atau Akademi Militer, kesehatan gigi menjadi hal yang paling penting.

“Saya sayang sekali kita punya anak-anak di Papua ini dari sisi postur saya pikir sudah sangat baik dari sisi kecerdasan sudah pasti tidak kalah dengan lainnya, hanya saja dari sisi perilaku kesehatan terutama untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut itu menjadi masalah sayang sekali kalau ini tidak dirawat,” ungkapnya.

Ia berharap kesehatan gigi dan mulut terlebih khusus dikalangan anak-anak sekolah menjadi penting yang harus ditekankan bahwa gigi bertumbuh hanya sekali dalam seumur hidup, sehingga perlu dirawat dan dijaga dengan baik.

“Siapa sih yang tidak mau jadi pilot, tidak mau tamat dari Akpol atau Akmil. Jadi kebijakan pemerintah melalui afirmasi untuk anak anak Papua ini terbuka sangat luas demikian pula kebijakan TNI dan Polri diberikan kesempatan seluas luasnya untuk anak-anak asli Lapua untuk bisa menjadi bagian dari pada polisi maupun tentara sebaiknya jangan di lepas,” ujarnya.

Banyak yang berpandangan bahwa air hujan di Mimika juga menjadi penyebab gigi mengalami kerusakan, namun Reynold menjelaskan hal tersebut perlu suatu penelitian.

“Intinya kalau saya melihat laporan hasil lab air di Mimika saya pikir masih dalam batas kewajaran. Saya tidak tau memang misalnya air mengandung zat besi yang lebih tinggi atau kapur yang lebih tinggi itu akan mempengaruhi itu. Tapi kalau pemeriksaan mikrobiologi dan hasil semua unsur yang ada didalam air yang dilakukan lab lingkungan dinas kesehatan itu masih dalam standar layak,” ungkapnya.

Yang menjadi penting kata Reynold adalah promosi kesehatan mengenai kesehatan gigi dan mulut yang sering dilaksanakan di sekolah-sekolah, dan puskesmas harus terus dilakukan.

Advertisements

“Promosi kesehatan gigi tetap dilakukan melalui puskesmas hanya saja kembali ke kesadaran. Nah untuk memberikan pengetahuan dan kesadaran pengetahuannya ada tapi perilakunya perlu keluarga mengambil bagian penting,” pungkasnya.

 

penulis : Kristin Rejang
editor : Aditra

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Seputar Papua. Mari bergabung di Grup Telegram “Seputarpapua.com News”, caranya klik link https://t.me/seputarpapua , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tinggalkan Balasan