TIMIKA | Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) segera menggabungkan kampus yang mahasiswanya tidak mencapai seribu.
Terkait hal ini, empat Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang beroperasi Timika, Papua memberi tanggapan. Empat PTS saat dihubungi terpisah pada Senin (3/5/2021) kompak menolak rencana Kemendikbudristek.
Direktur Politeknik Amamapare, Herman Dumatubun menilai rencana yang disebutkan itu tidak melihat pada keadaan nyata di tingkat lokal. Lebih dari itu, menurut Herman, bila rencana ini dijadikan keputusan, maka hal tersebut menunjukan bahwa pemerintah sudah tidak mampu membina PTS.
“Memang wacananya itu akan membiayai semua, yang disebutkan 1.600 PTS itu dimerger (digabung). Tapi setelah dimerger, lalu bagaimana? Mau dilepas langsung atau dibina dulu? Ini tidak mudah, karena menggabungkan kampus jadi satu, dari berbagai latar belakang,” komentar Herman.
Herman juga menilai, rencana tersebut memberi kesan bahwa pemerintah abai terhadap kebutuhan pendidikan tinggi di tingkat lokal. Sebab selama ini, para pihak kampus berjalan dengan kemampuan sendiri tanpa adanya perhatian dari Pemerintah.
“Contoh, orang mau sekolah keagamaan untuk jadi pastor, tidak mungkin dia datangi kampus yang tidak memberi pelajaran theologi. Sedangkan peminat menjadi pastor di Papua juga kurang, apakah mau dimerger kampusnya?” Tegas Herman.

Senada dengan Poltek Amamapare, pihak Universitas Timika (Untim) juga menolak rencana tersebut.
“Tentu ini akan menuai konflik kepentingan di antara kampus-kampus di Timika. Untuk menggabungkan beberapa kampus ini bukan perkara sekedar menggabungkan manajemen, tapi juga menyamakan visi-misi dan pengurus dari kampus-kampus itu,” sebut Rektor Untim, Theresia Yuni Puspita.
Tinggalkan Balasan