Oleh: Hendrikus Purnomo
Melihat fenomena di media sosial (medsos) yang kontennya berfokus pada video akhir-akhir ini sungguh sangat memprihatinkan.
Media sosial saat ini telah menjadi wadah kampanye yang dimanfaatkan baik oleh simpatisan, tim sukses, relawan maupun sang kandidat pasangan calon (paslon).
Penggunaan media sosial sebagai media kampanye sebenarnya tidak salah, akan tetapi pengguna medsos seringkali salah dalam menunjukkan sikap politiknya di dunia maya. Banyak pengguna yang menyebarkan informasi mengandung fitnah dan penghinaan atas person / individu, suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Sindir menyindir menjadi fenomena yang berkesinambungan, saling balas membalas. Semua merasa diri yang paling benar, semua merasa diri yang paling baik, paling unggul, pantas diperhitungkan dan dipilih.
Pemahaman seluruh rakyat Indonesia terhadap Pancasila sebagai ideologi dan pedoman di Negara Kesatuan Republik Indonesia benar-benar sedang diuji. Pertanyaan besar bagi bangsa ini adalah benarkah bangsa kita ini memegang dengan teguh Pancasila sebagai Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia? Ataukah hal itu hanya sebagai hiasan kata-kata yang keluar dari mulut saja? Para politikus, tokoh-tokoh partai politik, paslon, relawan, paham tentang Pancasila sebagai ideologi dan pedoman bernegara?
Jika jawabannya memang ‘iya’, idealnya penerapan sila-sila dalam Pancasila secara global menjadi kerangka berpikir dan berperilaku seluruh masayarakat Indonesia, yang selalu menerapkan dan menggambarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sehingga dalam melakukan apapun selalu mengingat Tuhan. Selalu mengedepankan rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dalam menimbang sebuah tindakan yang akan dilakukan. Mengutamakan Persatuan Indonesia sebagai kerangka berpikir, berpolitik, bahkan dalam bersaing untuk mencapai sesuatu tetap mengedepankan Persatuan, bukannya malah memecah belah bangsa ini dan membuat gab atau jarak satu dengan yang lainnya.
!Dalam mengambil sebuah keputusan dan pergerakan bagi bangsa ini, dan para tokoh-tokoh bangsa seharusnya selalu mempertimbangkan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan. Harus menjadi sesuatu yang hikmat dan bijaksana bagi masyarakat. Seluruh kerangka berpikir harus menitik beratkan pada Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Tidak ada lagi yang namanya beda plihan menjadi saling bermusuhan, saling menjatuhkan, saling memfitnah dan mengabaikan rasa keadilan sosial. Dimata negara ini seluruh rakyat Indonesia memiliki hak mendapatkan Keadilan Sosial. Bukan hanya partai atau golongan tertentu.
Berdasarkan hal-hal tersebut, seluruh rakyat Indonesia harus cerdas dalam bersikap terutama di medsos. Sebab, dalam demokrasi, hak yang dimiliki seseorang tidak boleh menciderai hak orang lain dan hak seseorang tidak boleh diciderai oleh hak orang lain. Hargailah perbedaan, fokus pada gagasan, tidak memfitnah, tidak menghina, dan tidak melontarkan kebencian. Sikap politik harus jadi bagian dari pendidikan politik dalam bignay kedewasaan berdemokrasi.
Dalam sebuah demokrasi sebagai pemilih harus bersikap kritis terhadap informasi dan berita yang didapat. Pemilih perlu melakukan check dan recheck untuk mengetahui kebenaran informasi tersebut dan jangan menyebarkan informasi yang tidak bisa diyakini kebenarannya. Berbagilah informasi hanya yang memang bermanfaat.
Medsos saat ini benar-benar diyakini bisa dimanfaatkan oleh partai politik dan paslon untuk berkampanye. Medsos terbukti bisa lebih signifikan membentuk opini publik, terutama di daerah perkotaan yang sebagian besar masyarakat telah menggunakan smartphone. Namun demikian tidak bisa dengan seenaknya medsos dijadikan ajang berperang didunia maya untuk kepentingan tertentu, kepentingan politik dengan mengabaikan nilai nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Pancasila Sebagai Landasan Dasar Karakter dan Etika Politik
Kurangnya kesadaran para pelaku politik dalam berpolitik menjadi hal yang perlu menjadi perhatian bagi kita bersama, hal ini dapat dilihat dari maraknya sajian tontonan video yang beredar di media sosial dengan tidak mengindahkan kaidah-kaidah yang ada di sila-sila Pancasila. Kesadaran masyarakat dalam beretika dimedia sosial menjadi hal yang sangat penting, supaya tidak terjadi hal-hal yang dapat merugikan diri sendiri dan merugikan orang lain sebagai sesama pengguna media sosial.
Pancasila sebagai landasan dalam membentuk karakter tertuang dalam setiap azas di dalam pancasila. Setiap azas yang dijabarkan dalam pancasila tersebut menuntun masyarakat untuk membentuk karakter yang baik, dimana dalam sila pertama dituangkan tentang ketuhanan yang maha esa, dimana masyarakat Indonesia dituntut untuk beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa dan didasarkan pada ajaran agama yang dianut oleh masyarakat Indonesia. Sila ke dua di tuangkan tentang Kemanusiaan yang adil dan beradab, dalam sila ini pembentukan karakter yang dibentuk yaitu bagaimana menjunjung nilai-nilai toleransi, menjunjung tinggi keadilan, sopan, santun, dan lainnya. Sila ketiga di tuangkan tentang Persatuan Indonesia, pembentukan karakter dalam sila ini dapat dijabarkan tentang menjunjung tinggi nilai persatuan masyarakat meskipun masyarakat Indonesia di warnai oleh keanekaragaman budaya namun tetap bersatu, yang di tuangkan dalam falsafah “Bhinneka Tunggal Ika” yang memiliki arti “berbeda-beda tetap satu jua”.
Falsafah tersebut memiliki makna mendalam yang dimaknai dengan jiwa dan semangat bangsa Indonesia mengakui realitas sebagai bangsa yang majemuk (suku, bahasa, agama, ras, golongan dll) namun tetap menjunjung tinggi persatuan. Sila ke empat yang dituangkan tentang Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan, dalam sila ini karakter yang dibentuk yaitu membentuk masyarakat arif dan bijaksana dalam bertutur dan bertindak, menjunjung tinggi musyawarah dalam mencapai sebuah kesepakatan bersama, membentuk perwakilan yang memimpin masyarakat dengan menjunjung tinggi hasil musyawarah masyarakat, mementingkan kepentingan umum, pemimpin yang mampu berbuat arif dan bijaksana dalam memimpin. Sila kelima tertuang dalam Keadilan sosial untuk seluruh masyarakat Indonesia.
Pendidikan karakter yang tertuang dalam sila ini yaitu membentuk masyarakat yang adil, tanpa adanya tebang pilih terutama dalam kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pendidikan karakter yang tertuang dalam Pancasila ini harus dipahami dan mencerminkan karakter bangsa Indonesia melalui penanaman nilai-nilai Pancasila kehidupan politik.
(Opini adalah pendapat atau gagasan penulis yang dikirim ke Redaksi Seputar Papua Keseluruhan konten menjadi tanggungjawab penulis)
- Tag :
- Berpolitik Santun,
- Hendrikus Purnomo,
- Opini
Tinggalkan Balasan
Anda Harus Login untuk berkomentar. Belum Punya Akun ? Daftar Gratis