Bupati Puncak Studi Banding ke SATP, Direktur YPMAK: Kalau Kerjasama Kita Siap

Bupati Puncak dan rombongan saat studi banding ke SATP. (Foto: Mujiono/seputarpapua)
Bupati Puncak dan rombongan saat studi banding ke SATP. (Foto: Mujiono/seputarpapua)

TIMIKA | Bupati Kabupaten Puncak, Wilem Wandik bersama Ketua DPRD Puncak Lukius Newegelen dan anggota dewan lainnya melakukan studi banding ke Sekolah Asrama Taruna Papua (SATP).

Rombongan eksekutif dan legislatif itu disambut Direktur Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK) Vebian Magal, Koordinator Divisi Pendidikan YPMAK Ferry Uamang, dan Yayasan Pendidikan Lokon (YPL) serta pihak SATP.

SATP sendiri dikelola oleh YPL yang merupakan mitra pendidikan dari YPMAK pengelola dana kemitraan PT Freeport Indonesia.

Pada studi banding tersebut, rombongan diajak untuk melihat semua fasilitas yang ada di SATP, mulai dari perpustakaan, laboratorium bahasa, laboratorium komputer, ruang kelas, Unit Kesehatan Sekolah (UKS), asrama, kantin, dan dapur.

Termasuk studio dan ruang TCash with Oxford, yang merupakan program pengembangan YPL dalam meningkatkan kualitas berbahasa Inggris siswa-siswi SATP.

Bupati Kabupaten Puncak Wilem Wandik mengatakan, kunjungan ini dalam rangka studi banding. Dimana, diketahui bersama semua aktivitas di Kabupaten Puncak terganggu karena masalah keamanan. Salah satu hal yang sangat terganggu adalah pendidikan.

Di Puncak itu, pemerintah sudah hadir untuk kesejahteraan masyarakat, mulai adanya Dinas Pendidikan, Dinas Pekerjaan Umum untuk infrastruktur, Dinas Kesehatan, dan lainnya.

“Namun demikian, semua terganggu akibat masalah keamanan di Puncak, khususnya pendidikan yang membuat sekolah tidak berjalan karena aktivitas tidak ada. Hal ini yang membuat banyak anak-anak di Puncak putus sekolah,” katanya.

Menurut Wandik, dari kondisi itulah pihaknya melakukan studi banding ke SATP untuk melihat secara langsung sekolah berpola asrama yang diterapkan oleh YPL.

Wandik pun mengagumi pola maupun sistem pembelajaran di SATP yang sangat luar biasa setelah melihat langsung.

Lanjut Wandik, sekolah ini tidak hanya mengajar 1 atau 2 anak saja, tetapi 1000an lebih dengan berbagai suku, khususnya Amungme dan Kamoro serta 5 suku kekerabatan lainnya.

“Mudah-mudahan dengan studi banding kami bisa kembangkan hal sama. Minimal bisa mengirimkan 20-30 anak untuk bisa bersekolah di SATP. Sehingga tidak banyak yang putus sekolah,” tuturnya.

Wandik menambahkan, pihaknya bakal mencari lokasi yang aman di Puncak agar dapat membangun sekolah berpola asrama. Walaupun tidak sama dengan di SATP, namun minimal anak-anak di Puncak tetap sekolah.

“Ya intinya dari studi banding ini, kami sudah ada gambaran untuk membuat sekolah berpola asrama. Dan pendidikan itu sangat penting untuk membangun anak-anak jadi generasi emas Papua,” ujarnya.

Sementara Direktur YPMAK Vebian Magal mengatakan, kunjungan singkat dari Pemkab Puncak diharapkan bisa memberikan makna mendalam untuk Kabupaten Puncak dalam hal pendidikan.

“Kalau Pemerintah Kabupaten Puncak bilang kerjasama, maka kami siap support dari mana saja,” ujarnya.

Karena melalui pendidikan, kata Vebian, bisa mengubah dunia, merubah pola pikir, dan tidak ada lagi perang suku. Karena hadirnya SATP untuk semua suku bisa sekolah agar tercipta perdamaian di Papua.

“Kalau sudah didik dari kecil dengan pendidikan berpola asrama maka akan terbangun kekeluargaan. Dan mereka akan jadi pemimpin dan lebih hebat dari kami,” tuturnya.

Perlu diketahui SATP menerapkan pembelajaran yang menarik, dimana selain menerapkan kurikulum merdeka belajar, SATP juga terdaftar sebagai pelaksana kurikulum merdeka, mandiri, berbagi. Bahkan SATP memiliki kurikulum yang dikembangkan secara mandiri, yakni Kurikulum Berbasis Kehidupan Kontekstual Papua.

SATP juga melakukan pengembangan kurikulum 13 berdasarkan hasil riset yang dilakukan, agar sesuai dengan kurikulum merdeka yang diterapkan secara nasional, sehingga terjadilah revolusi belajar.

Hasil riset kurikulum 13 itulah yang dikembangkan dalam revolusi belajar di SATP (kelas 1-3 belajar melalui permainan, kelas 4-6 itu melakukan observasi, kemudian SMP pembelajarannya berbasis research).

SATP juga memiliki beberapa fasilitas, seperti laboratorium. Misalnya laboratorium alam disediakan untuk mendukung dan mengembangkan pembelajaran, mulai dari tanaman hingga hewan disediakan.

Selain itu, hasil dari pembelajaran berbasis kurikulum berbasis kehidupan kontekstual Papua dibalut sistem kurikulum merdeka, mandiri, berbagi, program Eco-Edukasi, yang menghasilkan program reguler maupun non reguler, jadilah produk Eco-Enzim.

Produk Eco-Enzim pun saat ini sudah berkembang menjadi beberapa hal seperti edukasi pembuatan pupuk, pembuatan sabun, lilin, sabun cuci piring, pembasmi lalat juga pembersih lantai, hingga menjadi sampo dari buah merah, juga parfum dari lavender.

Bentuk implementasi lain dari kurikulum yang diterapkan adalah kegiatan siswa di dalam kelas hanya 40 persen sementara selebihnya berada di luar kelas.

Contohnya praktek membuat kompos itu membangun teori berfikir, teorinya seperti ini, dituangkan kedalam kehidupan real (nyata). Dengan membangun teori berfikir sendiri, anak pun menemukan pembentukan karakter dengan pendekatan sains.

 

penulis : Mujiono
editor : Aditra

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Seputar Papua. Mari bergabung di Grup Telegram “Seputarpapua.com News”, caranya klik link https://t.me/seputarpapua , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *