Freire mengembangkan pedagogy kritis yang menyadarkan siswa tentang struktur penindasan dalam sebuah mayarakat. Paulo Freire menggali sebuh konsep yang sangat penting dalam ilmu sosial yaitu konsep praxis yang berarti emansipasi atau pembebasan. Menurut Paulo Freire, manusia berbeda dari hewan karena kapasitasnya untuk melakukan suatu refleksi dari sebuah penyadaran yang utuh serta menjadikannya sebagai manusia yang mampu berelasi dan bersifat historis. Manusia perlu sadar akan realitas dunia yang terjadi di lingkungan masyarakat dimana dia tinggal.
*Guru Bukan Bankir*
Kritik yang dilakukan atas pendidikan oleh Paulo Freire yaitu pada banking concept of education. Konsep bank terhadap pendidikan, cirinya yaitu naratif, hanya sekedar bercerita tetapi kebal kritis, sering otoriter tidak mendorong pemikiran kritis. Model banking ini menciptakan keadaan murid yang hanya bersifat pasif, tidak kreatif dan tidak memperoleh atau mendapatkan sebuah proses pencerahan yang disebut konsientisasi atau penyadaran, yang terjadi hanya terbentuk proses dimana siswa hanya mengumpulkan informasi dari guru.
Dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini, kita dapat melihat masih banyak sekolah yang menerapkan sistem banking of education. Peran guru di dalam kelas masih menganut sistem feodal, dimana guru itu segala tahu, serba tahu dan serba bisa. Guru ibarat adalah banker yang memiliki uang yang bisa secara langsung diberikan kepada muridnya.
Murid seperti menjadi penabung informasi, hanya menghafal materi atau informasi dan tidak memunculkan gaya pemikiran secara kritis. Model ini juga dapat menindas kreatifitas siswa secara mandiri, tidak adanya apresiasi atas sebuah perolehan informasi dari sebuah pemikiran.
Peran guru selayaknya seperti depositor memasukan uang ke dalam kontainer atau brankas, sikap murid hanya menerima dan menghapal informasi, hasil hafalan tadi akan diujikan dalam sebuah tes dimana hasilnya nanti diukur oleh guru dan selanjutnya guru tersebut memberikan evaluasi.
Guru ala banker tentu menjadi polemik tersendiri di tengah tantangan pandemic covid-19 yang sejak 2020 silam bergejolak hingga saat ini. Pembelajaran yang dilakukan dengan mengandalkan virtual menuntut peran guru yang bukan saja memberi materi, namun perlu melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran yang berlangsung.
Peran guru selayaknya sebagai seorang fasilitator yang membantu peserta didik mengeluarkan kreatifitas dan kemampuan bernalar dan komunikasinya dalam sebuah proses pembelajaran. Dialog dan Inquiri adalah salah satu model yang dapat digunakan oleh guru untuk dapat memaksimalkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari atau menyelidiki sesuatu peristiwa secara sistematis, kritis, logis dan analitis sehingga setipa siswa mampu merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri
- Tag :
- Opini,
- Pendidikan,
- UPH
Tinggalkan Balasan
Anda Harus Login untuk berkomentar. Belum Punya Akun ? Daftar Gratis